Puisi: Perempuan Itu Bernama Ibu (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Perempuan Itu Bernama Ibu" menggambarkan kompleksitas peran, ketahanan, dan kebijaksanaan Ibu dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan.
Perempuan Itu Bernama Ibu

Kupanggil ia ibu seluruh waktu,
perempuan dengan kebaya di ladang.
menanam benih berabad menyebar dan menuai,
tak mengerti mengapa tak menolak segala,
mengapa menggigil dalam igau dan tak meronta.

Ibu yang tak membaca buku-buku
dan tak menonton iklan layanan.
berdiri di luar gedung pertemuan
dan tak terlihat di antara kerumunan unjuk rasa.

Ia sendiri membajak sawah,
menyebar benih dan menuai kesunyian.

berabad kupanggil ia ibu kesunyian.
mengeja erangan sendiri yang bisu dan kosong,
membaca dongeng lelaki yang menempelkan dengus di
zakarnya.

ibu yang tak menangisi kekecewaan
menerima dengan dekapan tulus
dengan pangkuan hangat
sepuluh Rahwana yang memburunya.

kupanggil ia Ibu
perempuan yang menyimpan satu birahi untuk Rama yang
menolaknya.
menerima kobaran api dan rintihan yang mengalirkan kesucian
cinta.

Berabad kupanggil ia ibu,
yang sendirian dan menangis.
menanti benih-benih berabad tak tumbuh menjadi kehidupan
ilalang liar dan gundukan tanah dengan rumput
kering. kupanggil ia ibu yang berias daun bayam
menanak tiwuk untuk seratus bocah lapar
dan memulas dahaga dengan harum keringatnya.

kupanggil ia ibu
yang bercermin gerimis sepanjang musim
menghitung jembar sawah berhektar
dan kebun rimbun kebajikan.

aku menangis melihat seribu lelaki
memperkosaku tak henti-henti.

Maret, 2000

Sumber: Kill the Radio (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan Itu Bernama Ibu" karya Dorothea Rosa Herliany merangkum perjalanan perempuan yang diidentifikasi sebagai "Ibu." Dalam puisi ini, penulis menggambarkan perempuan itu melalui berbagai peran, keberanian, dan kebijaksanaannya yang mencakup perjuangan dan ketahanan dalam menghadapi kehidupan.

Pemanggilan Ibu: Pemanggilan "Ibu" sepanjang puisi menciptakan kedekatan dan rasa penghormatan terhadap perempuan tersebut. Pemilihan kata "ibu" tidak hanya merujuk pada peran biologis, tetapi juga pada peran simbolis sebagai sosok yang memiliki kebijaksanaan dan kekuatan luar biasa.

Kebijaksanaan Ibu: Puisi menggambarkan kebijaksanaan Ibu yang tercermin dalam aktivitasnya di ladang, menanam dan menuai benih sepanjang abad. Meskipun Ibu mungkin tidak terlihat dalam keramaian, keberadaannya memiliki dampak yang mendalam dalam menciptakan dan merawat kehidupan.

Ketahanan dan Penerimaan: Ibu digambarkan sebagai sosok yang tahan banting dan penuh penerimaan. Meskipun mengalami kesunyian dan kesendirian, Ibu menerima segala bentuk cobaan dan kekecewaan dengan dekapan tulus, memeluk Rahwana yang memburunya sebagai simbol kesulitan hidup.

Kehidupan dan Kematangan: Melalui gambaran Ibu yang menyimpan satu birahi untuk Rama yang menolaknya, puisi menggambarkan kematangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi penolakan. Ibu menerima kobaran api dan rintihan sebagai bagian dari kesucian cinta yang ia miliki.

Pemuliaan Ibu: Puisi menghormati Ibu melalui aktivitasnya yang bersifat luhur, seperti menanak tiwuk untuk anak-anak lapar dan memulas dahaga dengan keringatnya. Ibu juga digambarkan sebagai penjaga kebajikan dan penghitung sawah dan kebun yang berlimpah.

Konfrontasi Seksual dan Kekerasan: Puisi mencapai puncaknya dengan pengungkapan emosi yang intens dan menyakitkan. Dalam penutup puisi, penulis menyampaikan penderitaan melalui pengalaman seribu lelaki yang memperkosanya tanpa henti. Ini adalah kontrast yang kuat terhadap ketenangan dan kebijaksanaan yang telah digambarkan sebelumnya, menghadirkan realitas yang pahit dan kekerasan yang tidak terhenti.

Puisi "Perempuan Itu Bernama Ibu" merupakan karya yang mendalam dan puitis yang mencerminkan perjalanan kehidupan seorang perempuan yang berperan sebagai Ibu. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, Dorothea Rosa Herliany berhasil menggambarkan kompleksitas peran, ketahanan, dan kebijaksanaan Ibu dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kekuatan, ketahanan, dan harkat martabat perempuan, serta realitas yang tidak selalu indah di dalamnya.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Perempuan Itu Bernama Ibu
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.