Puisi: Sajak (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Sajak" karya Sanusi Pane mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari sajak dan menilainya dengan cara yang mendalam.
Sajak (1)

Di mana harga karangan sajak,
Bukanlah dalam maksud isinya,
Dalam bentuk, kata nan rancak,
Dicari timbang dengan pilihnya.

Tanya pertama keluar di hati,
Setelah sajak dibaca tamat,
Sehingga mana tersebut sakti,
Mengikat diri di dalam hikmat.

Rasa bujangga waktu menyusun
Kata yang datang berduyun-duyun
Dari dalam, bukan nan dicari.

Harus kembali dalam pembaca,
Sebagai bayang di muka kaca,
Harus bergoncang hati nurani.

Sumber: Puspa Mega (1927)

Sajak (2)

O, bukannya dalam kata yang rancak,
Kata yang pelik kebagusan sajak.
O, pujangga, buang segala kata,
Yang kan cuma mempermainkan mata,
Dan hanya dibaca selintas lalu,
Karena tak keluar dari sukmamu.

Seperti matari mencintai bumi,
Memberi sinar selama-lamanya,
Tidak meminta sesuatu kembali,
Harus cintamu senantiasa.

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak" karya Sanusi Pane adalah refleksi mendalam tentang sifat dan kebermaknaan sajak. Melalui dua bagian yang berbeda, pengarang membahas esensi sajak dan memberikan pandangan tentang bagaimana seharusnya sajak dinilai dan dipahami.

Pertimbangan Nilai Sajak: Di bagian pertama puisi, Sanusi Pane mempertanyakan di mana sebenarnya nilai sebuah sajak terletak. Ia menekankan bahwa nilai sebuah sajak bukanlah semata-mata dalam isi atau pesan yang disampaikan, melainkan dalam cara sajak itu merangkai kata-kata dengan indah dan bermakna. Sajak bukanlah sekadar sekumpulan kata-kata, tetapi sebuah karya seni yang memperlihatkan keindahan dan kekuatan bahasa.

Pentingnya Pembacaan yang Mendalam: Pada bagian kedua puisi, Sanusi Pane menggarisbawahi pentingnya pembacaan yang mendalam terhadap sajak. Ia menekankan bahwa sajak bukanlah sekadar kata-kata yang terbaca dengan sekilas, tetapi harus dibaca dengan penuh perhatian dan pemahaman yang mendalam. Hanya dengan demikian, pembaca dapat merasakan dan memahami keindahan serta kekuatan sebuah sajak.

Perbandingan dengan Matahari dan Bumi: Pada bagian kedua puisi, Sanusi Pane menggunakan perumpamaan tentang matahari yang memberi sinar tanpa meminta balasan dengan cinta yang tulus. Ini menggambarkan bahwa sajak seharusnya ditulis dan dinikmati dengan kesetiaan dan cinta yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan atau penghargaan dari pembaca.

Puisi "Sajak" karya Sanusi Pane mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari sajak dan menilainya dengan cara yang mendalam. Melalui perbandingan dengan matahari yang memberi sinar tanpa pamrih, pengarang menekankan pentingnya menulis dan membaca sajak dengan penuh kesetiaan dan cinta yang tulus. Dengan demikian, puisi ini tidak hanya menyampaikan pandangan tentang sajak, tetapi juga menyoroti pentingnya penghayatan dan pemahaman yang mendalam terhadap karya sastra.

Sanusi Pane
Puisi: Sajak
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.