Puisi: Tamu (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Tamu" karya Goenawan Mohamad membawa pembaca ke dalam situasi yang memunculkan pertanyaan tentang norma sosial, persepsi, dan penghargaan ...
Tamu

Dengan raut kusut, dengan  kaus apak
dan bibir luka,  Don Quixote diminta berdiri
di balkon  itu,
menghadap ke arah  plaza.

 Kota terhenyak.

"Ecce homo!", seru tuan rumah.

Suara tertawa meningkah.

Tapi dari tepi jalan di bawah
orang-orang terus menatapnya.

"Ia tak bermahkota duri, papa", kata seorang anak.
"Ya, tapi ia tahu apa yang kita tak tahu," sahut ayahnya.
"Apa yang ia tahu, papa?"
"Seorang kesatria dilahirkan kembali
ketika penghinaan
tak melukainya."

Satu jam kemudian tuan rumah menyuruh orang ramai
mengarak Don Quixote di panas terik
ke ujung jalan.

Sang  majenun tahu, tapi ia hanya diam,
di kota ini tak ada yang pernah bertanya
tentang tamu, waham, kematian.

Tapi ia hanya diam.

2016

Analisis Puisi:

Puisi "Tamu" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang sarat dengan makna tentang penerimaan, penolakan, dan pemahaman atas eksistensi seseorang yang dianggap aneh atau di luar norma. Melalui penggunaan gambaran dan dialog, Goenawan Mohamad membawa pembaca ke dalam situasi yang memunculkan pertanyaan tentang norma sosial, persepsi, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Simbolisme Don Quixote: Don Quixote, tokoh utama dalam puisi ini, merupakan simbol seorang yang dianggap aneh atau di luar norma oleh masyarakat sekitarnya. Citra Don Quixote yang memiliki penampilan kusut, memakai kaus apak, dan bibir luka menciptakan gambaran tentang seseorang yang dianggap terasing atau aneh.

Penolakan dan Penerimaan: Puisi menggambarkan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap keberadaan Don Quixote. Meskipun tuan rumah dan orang-orang tertawa dan meremehkan, tetapi sebagian orang tetap menatapnya, menunjukkan adanya perbedaan persepsi dan reaksi terhadap kehadirannya.

Makna Kehadiran: Puisi menyoroti tentang makna keberadaan seseorang yang dianggap aneh atau terasing. Meskipun dihina dan diremehkan, Don Quixote memiliki pemahaman dan keberanian yang lebih dalam tentang kehidupan. Dialog antara ayah dan anak menyoroti bahwa meskipun penampilannya tidak menarik, ia memiliki pemahaman dan kebijaksanaan yang berbeda.

Keheningan Don Quixote: Meskipun diarak di tengah teriknya panas matahari, Don Quixote tetap diam. Keheningannya menunjukkan bahwa meskipun mungkin tidak dimengerti atau diterima oleh masyarakat, ia tetap teguh pada keyakinan dan eksistensinya.

Tanya Tentang Norma dan Kematian: Puisi menutup dengan mencatat bahwa di kota ini, tidak ada yang pernah bertanya tentang tamu, waham, atau kematian. Hal ini mencerminkan ketidakpedulian atau ketidakmengertian masyarakat terhadap keberadaan dan perbedaan yang ada di sekitar mereka.

Dengan demikian, puisi "Tamu" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana masyarakat menanggapi perbedaan dan eksistensi individu yang dianggap aneh atau di luar norma, serta menyoroti nilai-nilai keberanian dan pemahaman yang bisa dimiliki oleh orang-orang yang dianggap terasing.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Tamu
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.