Puisi: Manusia Sendiri (Karya A. Munandar)

Puisi "Manusia Sendiri" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kerumitan realitas dan mimpi, serta kehampaan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia Sendiri

Berbantal dua lengan kau ganti-ganti
        nyenyakkah masa lalu
        yang menimbang kenangan itu?
Itukah mimpi yang tidur bersamamu
        ataukah mimpimu tidur di ranjang lain?

6 April 2018

Analisis Puisi:
Puisi "Manusia Sendiri" karya A. Munandar adalah perwujudan dari refleksi emosional yang sangat mendalam. Walaupun pendek, puisi ini mengandung tanya jawab internal yang menggugah pemikiran dan perasaan pembaca.

Kesendirian dan Kehampaan: Dalam puisi ini, penyair mengekspresikan kesepian dan ketidakpastian. Dengan menyoroti "berbantal dua lengan kau ganti-ganti," ia mengeksplorasi aspek kesendirian, merenungkan masa lalu yang mungkin terus membawa kenangan yang kuat dan berkonotasi emosional.

Pertanyaan yang Menyentuh: Pembaca dihadapkan pada pertanyaan yang kompleks tentang realitas dan mimpi, yang tidak hanya berbicara tentang kenyataan fisik tetapi juga perasaan hati dan perenungan yang dalam. "Itukah mimpi yang tidur bersamamu ataukah mimpimu tidur di ranjang lain?" mencerminkan pertanyaan batin tentang kepastian dan kenyataan.

Emosi dan Interpretasi: Puisi ini mengundang beragam reaksi dan interpretasi dari pembaca. Terdapat rasa penasaran dan kekosongan dalam pernyataan yang bertanya, yang memungkinkan berbagai pengertian dan makna, dan membiarkan ruang bagi interpretasi pribadi.

Kesederhanaan: Meskipun pendek, puisi ini mampu menimbulkan kerumitan emosi dan pemikiran. Penyair menggabungkan kesederhanaan kata-kata dengan kedalaman makna yang memprovokasi pembaca untuk merenungkan tentang arti sebenarnya dari kehidupan, kesendirian, realitas, dan mimpi.

Puisi "Manusia Sendiri" adalah pemandangan emosional yang membingungkan dan mendalam, yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kerumitan realitas dan mimpi, serta kehampaan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Munandar
Puisi: Manusia Sendiri
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.