Puisi: Ibu, Aku Ingin Terompet (Karya Cucuk Espe)

Puisi "Ibu, Aku Ingin Terompet" menggambarkan kontras antara keinginan anak-anak pada malam tahun baru dengan kenyataan hidup yang sulit.
Ibu, Aku Ingin Terompet
(Di pojok pasar beralas tikar)

Lelaki kecil anak penjual terompet
Duduk berdempet di tembok dingin
Tak kuasa menahan rasa ingin
Tertunduk saat kembang api menggigil
Pesta tahun baru dimulai 

"Ibu, sisakan satu terompet untukku
Biarkan aku berlari seperti mereka
Anak-anak yang membeli terompet dari ibu
Sisakan satu, ibu! Sisakan satu"
Kita hanyalah pelengkap pesta
Seperti api membakar lilin dupa 

"Anakku, dengarkan saja mereka
Meniup terompet untuk kita
Anak-anak itu bergembira karena kita
Moncongkan bibir, tarik napasmu
Dengarkan saja! Dengarkan terompet itu"
Lelaki kecil itu meringis
Detik-detik bergulir tipis
Harga satu terompet
Mampu menguras dompet
Lelaki kecil anak penjual terompet
Telungkup di samping toilet. 

"Selamat tahun baru, anakku"

Desember, 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu, Aku Ingin Terompet" karya Cucuk Espe menggambarkan gambaran yang mengharukan tentang harapan dan keinginan seorang anak pada malam tahun baru, serta hubungan antara seorang ibu dan anaknya.

Keharuan Anak yang Menginginkan Terompet: Puisi ini menggambarkan keinginan seorang anak kecil yang menjadi penjual terompet untuk merayakan malam tahun baru seperti anak-anak lainnya. Dia sangat ingin memiliki terompet sendiri dan merasa tertunduk saat melihat anak-anak lain menikmati momen tersebut.

Hubungan Antara Ibu dan Anak: Dalam puisi ini, hubungan antara ibu dan anak tercermin dalam dialog yang terjadi antara mereka. Meskipun sang ibu mungkin tidak mampu membelikan terompet untuk anaknya, dia mencoba meyakinkan anaknya bahwa kebahagiaan anak-anak lain saat meniup terompet adalah juga kebahagiaan mereka.

Realitas Kehidupan: Puisi ini juga menggambarkan realitas ekonomi yang sulit, di mana harga satu terompet saja sudah mampu menguras dompet keluarga yang kurang mampu. Keadaan ini mencerminkan tantangan hidup yang dihadapi oleh banyak keluarga yang hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Kehadiran Malam Tahun Baru: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kebahagiaan dan perayaan yang terjadi di sekitar anak itu, dengan mencatat momen-momen seperti pesta tahun baru yang dimulai dan orang-orang meniup terompet. Namun, anak tersebut terpaksa menyaksikan dari sisi yang lain, merindukan momen tersebut.

Kesimpulan yang Menyayat Hati: Puisi ini berakhir dengan gambaran yang menyayat hati tentang lelaki kecil itu, yang telungkup di samping toilet, mungkin karena kelelahan dan kekecewaannya.

Puisi "Ibu, Aku Ingin Terompet" menggambarkan kontras antara keinginan anak-anak pada malam tahun baru dengan kenyataan hidup yang sulit. Ini menciptakan lapisan emosi yang kompleks, mengundang pembaca untuk merenungkan tentang makna kebahagiaan, harapan, dan keterbatasan dalam kehidupan.

Puisi Ibu, Aku Ingin Terompet
Puisi: Ibu, Aku Ingin Terompet
Karya: Cucuk Espe
© Sepenuhnya. All rights reserved.