Puisi: Mesin Jahit Bayangan (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Mesin Jahit Bayangan" karya Afrizal Malna merangsang pemikiran tentang identitas, bahasa, dan pengalaman manusia dalam keadaan yang penuh ...
Mesin Jahit Bayangan
(Hello Ulrike Draesner)

Malam, sebelum agak malam. Buku-buku mengaborsi suami, 
setelah suami mulai kehilangan lelaki. Radius yang tidak pernah
 
berubah antara daftar surat masuk dan surat keluar. Pisau bedah
 
di ujung bahasa, botol infus dari balik gerbang Berlin,
 
mengaborsi lampu-lampu malam. Ukuran kemeja yang tidak bisa
 
memperbesar bayangan lelaki di luar rumah. Apakah puisi,
 
tanyamu: di antara kursus-kursus bahasa, memindahkan kultur
 
kota dari mural East Side Gallery ke tembok yang lain, dan bau
 
mentega yang menciptakan lidah di antara pisau.
 
Dekontruksi
 
memori dari rahim ke bekas reruntuhan pesawat.

Lebih turun
 
lagi ke rasa berantakan. Kau rasakan, puisi mengambil jiwaku
 
untuk mendapatkan bayangan bahasa, ruangnya yang tak punya
 
luar dan tak punya dalam.
 
Gravitasi cinta yang melampaui benua,
 
menyentuh seorang anak India dalam pelukanmu.
 
Lebih naik
 
lagi, kata yang meruntuhkan setiap representasi.

Agak malam
 
setelah malam. Kau rasakan dinding-dinding rumah masih
 
merasakan setiap memori yang melepaskan diri dari sejarah,
 
dengan membaca, melalui dan mengalami membaca, jembatan-
jembatan yang mengantar cerita. Apakah puisi, tanyaku: sebuah
 
potongan tiket kereta di stasiun Beusselstrasse, menciptakan
 
bayangan angin ke Rosenthaler Platz. Memindahkan puisi antar
 
benua dari perangkap kata, dari setiap terjemahan yang mencium
 
bau luka.

Aku masukkan lenganku ke dalam bahasa, kau tanam
 
musim berwarna putih dalam senyummu. Aku masih bisa
 
mencium rempah-rempah yang melangkah di belakangku,
 
memunggungi waktu, merayuku antara dekorasi Jawa dan aku
 
yang diperbanyak dalam mesin foto copy.

Malam, setelah
 
melalui malam. Apakah puisi. Kita potret bahasa. Bayangan
 
mengelupas. Mengaborsi cahaya dari setiap rahim yang ingin
 
melahirkannya. Apakah puisi: mesin jahit yang terus menjahit
bayangan antara tubuh dan setelah tubuh. Membuat kobaran
 
sunyi dalam pakaian yang telah ditinggalkan.

Malam, setelah
 
malam tak lagi di sini.

Sumber: Kompas (Minggu, 3 Februari 2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Mesin Jahit Bayangan" karya Afrizal Malna merupakan sebuah karya yang membingkai pemikiran kompleks tentang keberadaan, bahasa, dan pengalaman manusia.

Metafora Mesin Jahit: Afrizal Malna menggunakan metafora mesin jahit sebagai representasi proses pembuatan dan pengalaman manusia. Mesin jahit menjadi simbol penggabungan antara dunia nyata dan dunia abstrak, antara realitas dan imajinasi.

Keberadaan dan Bahasa: Puisi ini menggambarkan keberadaan manusia dalam hubungannya dengan bahasa. Bahasa dianggap sebagai instrumen utama yang digunakan untuk merasakan, memahami, dan menggambarkan realitas. Namun, bahasa juga dianggap sebagai sesuatu yang dapat membingungkan dan membatasi pemahaman.

Keterbatasan dan Penjelajahan Bahasa: Malna menyoroti keterbatasan bahasa dalam menyampaikan pengalaman manusia. Dia mengeksplorasi upaya untuk melampaui batasan-batasan ini melalui pembelajaran bahasa, interpretasi, dan pengalaman lintas budaya.

Pencarian Identitas: Ada tema pencarian identitas yang kuat dalam puisi ini. Penyair mengeksplorasi hubungan antara ingatan, pengalaman, dan identitas individu dalam konteks perubahan sosial dan budaya.

Pengalaman dan Ingatan: Puisi ini mencerminkan perjalanan melalui pengalaman dan ingatan. Penyair merenungkan tentang bagaimana ingatan membentuk identitas, sekaligus menyadari bahwa ingatan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh bahasa dan pengalaman masa kini.

Perubahan dan Kehilangan: Puisi ini menyentuh tema perubahan dan kehilangan, baik secara personal maupun kolektif. Meskipun malam terus berganti, namun perasaan kehilangan dan penyesalan akan kehilangan masih menyelinap di antara baris-baris puisi.

Dengan penggunaan bahasa yang kompleks dan metafora yang dalam, Afrizal Malna menciptakan sebuah karya yang merangsang pemikiran tentang identitas, bahasa, dan pengalaman manusia dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Mesin Jahit Bayangan
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.