Puisi: Ode Prajurit Tanpa Nama (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Ode Prajurit Tanpa Nama" menggambarkan perasaan dan pengalaman prajurit yang terpinggirkan dan terlupakan dalam perjuangan kemerdekaan dan ....
Ode Prajurit Tanpa Nama

Bendera-bendera berkibar di udara
Burung-burung bernyanyi di dahannya
Dan orang-orang berteriak "telah bebas negeri kita"
Tapi aku tertatih sendiri
Di bawah patung kemerdekaan yang letih
Dan tersuruk di bawah mimpi reformasi
Kau pasti tak mengenaliku lagi
Seperti dulu,
Ketika tubuhku terkapar penuh luka
Di sudut stasiun Jatinegara,
Setelah sebutir peluru menghajarku dalam penyerbuan itu
Dan negeri yang kacau mengubur riwayatku
Dalam sejarah berdebu

Setengah abad lewat kita melangkah
Di tanah merdeka,
Sejak Soekarno-Hatta mengumumkan kebebasan negeri kita
Lantas kau dirikan partai-partai
Juga kursi-kursi di atasnya
Tapi kau kini menjelma konglomerat berdasi
Penguasa yang merampas kemerdekaan rakyat sendiri
Gedung-gedung berjulangan
Hotel-hotel berbintang, toko-toko swalayan,
Jalan-jalan layang,
Mengembang bersama korupsi, kolusi, monopoli, manipulasi,
Yang membengkakkan perutmu sendiri
Sedang aku tetap prajurit tanpa nama,
Tanpa tanda jasa, tanpa seragam veteran,
Tanpa kursi jabatan, tanpa gaji bulanan,
Tanpa tanah peternakan, tanpa rekening siluman,
Tanpa istri simpanan.

Bendera-bendera kini berkibaran lagi
Dan sambil bernyanyi "padamu negeri".
Kau bagi-bagi uang hasil korupsi
Sedang aku tertatih sendiri
Letih dibakar matahari.

Jakarta, Agustus 1996

Analisis Puisi:
Puisi "Ode Prajurit Tanpa Nama" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya yang menyentuh dan menggambarkan perasaan para prajurit yang terpinggirkan dan terlupakan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Kemerdekaan yang Tidak Dirasakan: Puisi ini menggambarkan ironi di balik merdeka, di mana meskipun bendera berkibar dan burung-burung bernyanyi, prajurit yang telah berjuang untuk kemerdekaan merasa terpinggirkan dan terlupakan. Mereka merasa kehilangan dan tidak diakui dalam proses pembangunan negara.

Ketidakadilan dan Kehilangan Identitas: Para prajurit yang tidak memiliki nama, tanda jasa, atau pengakuan dari negara merasa terpinggirkan dan kehilangan identitas mereka. Mereka melihat para pemimpin negara yang dulunya berjuang bersama kini telah menjadi bagian dari kekuasaan yang korup dan mengabaikan prajurit dan rakyat biasa.

Pertentangan antara Pemimpin dan Rakyat: Puisi ini menyoroti pertentangan antara pemimpin yang korup dan merampok kekayaan negara dengan prajurit dan rakyat biasa yang terpinggirkan dan menderita. Ada ketidakadilan yang dirasakan oleh prajurit tanpa nama yang telah berjuang untuk kemerdekaan namun tidak mendapatkan penghargaan atau pengakuan.

Kesendirian dan Kegagalan Sistem: Para prajurit tanpa nama merasa sendirian dan terabaikan dalam perjuangan mereka. Meskipun bendera berkibar dan lagu kebangsaan dinyanyikan, mereka merasakan kelelahan dan kekecewaan dalam melihat negara mereka yang terus menderita akibat korupsi dan kekuasaan yang tidak adil.

Pengorbanan yang Tak Terbayar: Puisi ini menggambarkan pengorbanan dan kesetiaan prajurit yang tidak dihargai dan tidak terbayar. Mereka tetap setia pada tanah air mereka, meskipun tanpa penghargaan atau pengakuan.

Puisi "Ode Prajurit Tanpa Nama" merupakan karya yang menggambarkan perasaan dan pengalaman prajurit yang terpinggirkan dan terlupakan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara. Melalui kata-kata yang puitis dan emosional, penyair menyampaikan ketidakadilan, kesendirian, dan kekecewaan prajurit yang tidak mendapatkan penghargaan atau pengakuan atas pengorbanan mereka. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang harga yang harus dibayar oleh mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Ode Prajurit Tanpa Nama
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.