Puisi: Persinggahan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Persinggahan" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan keindahan dan kompleksitas perasaan cinta serta bagaimana alam dapat menjadi ...
Persinggahan
(Pantai Samas)


Laut hanya bersajak. Cinta
mengendap dalam tubuh tegak
beku memandang dingin matamu.

Tak kautangkap gairah pagi
mentari menghidupkan percik
ombak di pasir, kini-esok
tanpa akhir
: di sinilah kehidupan
bermula dan berakhir.

Perahu nelayan melaut
berlabuh kembali
di pelukan terabadi
dan kita, petualang, tergenggam
keangkuhan batu karang
mengunyah duka. Diam
dalam ayunan gelombang.

Tak kau pedulikan tingkah
angin pagi. Mengayun mimpi
telah kita ukir kenangan
kepedihan tak terelakkan.


1982

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:
Puisi adalah medium sastra yang memungkinkan penyair untuk menyampaikan makna dan perasaan melalui penggunaan kata-kata yang terpilih dengan indah. Dalam "Persinggahan" karya Ahmadun Yosi Herfanda, kita dihadapkan pada perjalanan melalui bahasa yang indah untuk mengeksplorasi tema cinta, laut, kehidupan, dan perasaan manusia.

Keheningan Laut dan Cinta yang Tersembunyi: Puisi ini dibuka dengan pernyataan bahwa "Laut hanya bersajak," yang menggambarkan keheningan dan ketenangan laut yang bersamaan dengan tingginya gelombang emosi cinta. Laut disandingkan dengan perasaan yang terkendali dengan baik, mengendap dalam "tubuh tegak" dan "beku memandang dingin matamu." Ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan kerahasiaan yang melingkupi perasaan cinta.

Hubungan dengan Alam: Penyair menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dan alam, khususnya laut. "Cinta" digambarkan sebagai sesuatu yang "mengendap dalam tubuh tegak," menekankan kedalaman dan intensitasnya. Laut, matahari, dan pasir adalah elemen-elemen alam yang digunakan untuk merujuk pada perasaan manusia. Puisi ini menyoroti bagaimana alam bisa menjadi cermin perasaan manusia dan sebaliknya.

Perjalanan dan Penutupan: Puisi ini menciptakan perasaan perjalanan dan penutupan. Perahu nelayan yang "melaut" dan "berlabuh kembali" menggambarkan perjalanan fisik, sementara "kita, petualang" menunjukkan perjalanan batin. Kita membawa "keangkuhan batu karang" yang mengunyah "duka." Ini menggambarkan perjuangan manusia untuk memahami perasaan cinta dan menghadapinya dengan penuh keberanian.

Konflik dan Diam dalam Gelombang: Puisi ini mengeksplorasi konflik dalam cinta dan perasaan manusia. "Tak kau pedulikan tingkah angin pagi" mencerminkan ketidakpedulian terhadap perubahan dan konflik dalam hubungan. Namun, "Mengayun mimpi telah kita ukir kenangan" menunjukkan bahwa meskipun ada konflik, kenangan yang diciptakan dalam cinta adalah berharga.

Puisi "Persinggahan" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan emosional dalam cinta dan hubungan manusia dengan alam. Puisi ini menggambarkan keindahan dan kompleksitas perasaan cinta serta bagaimana alam dapat menjadi cermin perasaan manusia. Dengan menggunakan bahasa yang indah, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan konflik, perjalanan, dan penutupan dalam cinta, semuanya dengan latar belakang keheningan laut yang mendalam.
Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Persinggahan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.