Puisi: Seorang Perempuan (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi "Seorang Perempuan" karya Dimas Indiana Senja menggambarkan kerinduan, waktu, dan kenangan dengan bahasa yang mendalam.
Seorang Perempuan yang Mengajariku Menanam Puisi
(: Nadia Mahardika)


Ada yang mesti kupetik di matamu, Na. Sehelai daun yang 
gugur dari pohon rindu, sebentuk pesan yang tak pernah
 
mampu kubaca. Sebab musim selalu berganti sebelum kita
 
beranjak dari keterdiaman. Kalender melaju seperti kereta
 
senja, menanggalkan sekian banyak tanya yang berserakan
 
sepanjang rel penantian; padahal matahari sebentar lagi luruh
 
sempurna. Sementara aku terus saja menerjemahi kata-kata
 
yang robek di mulutku, sambil menghitung detak jantungku
 
yang tak teratur.

Ada yang bergetar di dada ini, Na. Saat kau menawarkan
 sebuah minuman yang konon mampu membawa kita pada
 
kenangan, dulu sekali, saat kau mengajariku menanam puisi,
 
dan kau selalu menyiraminya dengan airmata yang kau peras
 
dari sesuatu yang kita namai kesetiaan.

Puisiku belum sempurna, Na. Aku ingin sekali membacakannya
 
di depanmu, kelak, di saat hujan menyatukan denyut
 
pohonan dengan kabut yang kau tebar di pelataran hati kita.
 
Dan gigil semesta menjadi jaket yang mestinya kuselempangkan
 di bahumu, saat rambutmu mulai membasah, saat
perasaan ini mulai payah.
 
Namun, kalender telah luruh bersama pudarnya bayangmu di
 
jendela kamarku, bahkan aku tak lagi menyeka kaca yang
 
beruap setiap usai hujan turun mendentumkan rindu, sebab 
ingatan tak akan pernah lahir dari kesakitan, sebab airmata
 
lebih mencekam dari kerinduan yang tak terbalas.

Dan kini, Na, aku mengerti, bahwa kita tak mungkin memanen
 kemungkinan-kemungkinan, sebab kata-kata kini telah
 
mati, menjelma masa lalu, dan terkubur di kedalaman paling
 
rahasia, terlumutkan janji-janji yang semestinya tak pernah
 
kita sepakati.


Pondok Pena, Paguyangan, 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Perempuan" karya Dimas Indiana Senja adalah sebuah karya sastra yang memaparkan perasaan seorang pelaku yang merindukan dan merenungkan hubungannya dengan seorang perempuan yang disebut sebagai "Na." Puisi ini memiliki beberapa elemen penting yang memperkuat maknanya.

Tema Puisi: Tema utama dalam puisi ini adalah kerinduan, kenangan, dan perasaan yang tidak terungkapkan. Penyair merenungkan hubungannya dengan "Na" dan bagaimana waktu telah berubah, meninggalkan kerinduan dan kenangan yang tak terungkapkan.

Penggunaan Metafora: Dalam puisi ini, terdapat penggunaan metafora yang kuat untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair. Misalnya, "sehelai daun yang gugur dari pohon rindu" menggambarkan kerapuhan perasaan dan perubahan dalam hubungan.

Waktu dan Kenangan: Penyair menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang terus berjalan, seperti "kalender melaju seperti kereta senja." Waktu ini telah mengubah hubungan mereka dan memisahkan mereka dari kenangan-kenangan indah yang mereka bagi bersama-sama.

Penyiraman Puisi: Penyair menggunakan gambaran yang kuat tentang menyirami puisi dengan air mata yang dikumpulkan dari "kesetiaan." Ini menciptakan citra sebuah proses kreatif yang penuh perasaan.

Kerinduan dan Pemahaman: Puisi ini menggambarkan perasaan kerinduan yang mendalam. Penyair merasa bahwa hubungan mereka tidak sempurna dan ingin mempersembahkan puisi kepada "Na" di masa depan. Namun, dengan berjalannya waktu, pemahaman bahwa beberapa hal tak mungkin terulang lagi mulai merasuki pikiran penyair.

Penutup yang Kuat: Puisi ini diakhiri dengan pernyataan tegas bahwa "kata-kata kini telah mati" dan bahwa ingatan dan janji-janji telah terkubur. Ini menciptakan kesan penutup yang kuat dan membuat pembaca merenungkan tentang perasaan yang hilang dan waktu yang tak dapat diubah.

Puisi "Seorang Perempuan" adalah karya sastra yang penuh perasaan dan menggambarkan kerinduan, waktu, dan kenangan dengan bahasa yang mendalam. Penyair berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan yang rumit dan perubahan dalam hubungan dengan perempuan yang disebut sebagai "Na."

"Dimas Indiana Senja"
Puisi: Seorang Perempuan
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.