Puisi: Atap (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Atap" karya Kinanthi Anggraini menyampaikan kepentingan keberadaan manusia dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa ...
Atap


Warna bernapas panas
sesak oleh tanah berbahan puas
tanah menyeruak menjadi merah bata.

Menangkap abu pesta kembang api
berteman dengan bagaskara dan aroma pagi
atom hujan yang kerap berdenting
di bawahnya aku makhluk kecil yang penting.

Terkepung lingkaran
memalak angin, panas dan hujan


29 Oktober 2013

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Atap" karya Kinanthi Anggraini menggambarkan gambaran rumah dan tempat tinggal dengan nada yang sangat deskriptif dan imajinatif.

Deskripsi Arsitektur Rumah: Puisi ini dibuka dengan gambaran warna yang bernapas panas, menggambarkan suasana di sekitar atap sebuah rumah. Penyair mengungkapkan bahwa atap itu terbuat dari tanah yang berubah menjadi merah bata. Ini menciptakan gambaran yang kuat tentang rumah yang dibangun dengan material lokal, yang memberikan suasana yang hangat dan akrab.

Asosiasi Warna: Penggunaan warna merah bata menimbulkan asosiasi dengan kehangatan, keamanan, dan keakraban. Ini menciptakan atmosfer yang nyaman dan mengundang, menggambarkan rumah sebagai tempat yang melindungi dan hangat.

Simbolisme Pesta Kembang Api: Penyair juga menyebutkan abu dari pesta kembang api. Pesta kembang api sering kali dihubungkan dengan perayaan dan kegembiraan. Penyair mungkin ingin mengekspresikan kegembiraan yang terkait dengan rumah, sebagai tempat di mana kenangan indah diciptakan dan dirayakan.

Hubungan dengan Alam: Dalam puisi ini, ada rasa dekat dengan alam. Atmosfer di sekitar rumah digambarkan melalui "bagaskara" (matahari) dan "aroma pagi." Ada juga permainan kata dengan "atom hujan," yang menunjukkan hubungan yang dalam dengan unsur-unsur alam.

Makna dalam Keseharian: Penyair menekankan pentingnya keberadaannya sebagai "makhluk kecil yang penting" meskipun dikepung oleh elemen-elemen alam seperti angin, panas, dan hujan. Hal ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang makna kehidupan sehari-hari dan bagaimana seseorang mungkin merasa penting meskipun terjebak dalam rutinitas dan tantangan yang ada.

Kekuatan Gambaran: Kinanthi Anggraini menggunakan bahasa deskriptif yang kuat untuk menciptakan gambaran yang hidup dalam puisinya. Hal ini membantu pembaca merasa seakan-akan mereka berada di tempat itu dan mengalami suasana dan warna yang disampaikan dalam puisi.

Puisi "Atap" karya Kinanthi Anggraini adalah deskripsi indah tentang rumah dan makna di baliknya. Dalam puisi ini, rumah dianggap sebagai tempat yang hangat dan penuh kegembiraan, serta hubungan yang mendalam dengan alam. Penyair menyampaikan kepentingan keberadaan manusia dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa deskriptif yang kuat.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Atap
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.