Puisi: Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa mengajak pembaca untuk merenungkan dan mempertanyakan nuansa demokrasi ....
Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi


Seperti inikah nuansa demokrasi
saat partai politik giat memonopoli
calon-calon pemimpin yang hendak naik kursi
dan kita hanya bisa menerima
dengan agak bersabar juga harus memilihnya.

Mengapa kami tak mengerti juga
saat mereka mengatasnamakan rakyat jelata
sedang mereka berupaya untuk berdiri di atas roda
lewat kampanye-kampanye megahnya:
di sudut sana anak kecil mati tertikam nyeri
belum tersentuh aroma nasi sedari pagi!

Kami lihat berita-berita suram di televisi
lagi-lagi oknum peradilan terjerat korupsi
bukannya ditinjau moralitasnya yang kian menepi
malah dinaikkan tunjangan gaji:
tanpa melihat ke arah bawah
betapa untuk bernapas kami semakin payah.

Penuh kesal kami cari arti demokrasi
menurut etimologi di kamus besar KBBI:
"Kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat"
di sini kami mulai sedikit mengerti
para pejabat-pejabat tinggi
ternyata juga seorang rakyat!

Dengan ini, bisakah kita ganti arti demokrasi
yang lebih spesial lagi?


Surakarta, 16 April 2008

Analisis Puisi:
Puisi "Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa mengajak pembaca untuk merenungkan dan mempertanyakan nuansa demokrasi yang ada dalam realitas politik saat ini. Puisi ini menyoroti peran partai politik, upaya politik para pejabat, dan pelanggaran etika moral yang terjadi dalam sistem demokrasi.

Kritik terhadap Monopoli Politik: Puisi ini mengkritisi fenomena monopoli politik, di mana partai politik tampak giat memonopoli calon-calon pemimpin yang akan naik ke kursi kekuasaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keberagaman dan pluralisme dalam proses pemilihan pemimpin.

Persepsi Palsu atas Kedekatan dengan Rakyat: Penyair menyoroti bagaimana para politisi sering mengatasnamakan rakyat jelata namun bertujuan untuk berdiri di atas roda kekuasaan dengan kampanye-kampanye megah. Pada saat yang sama, penderitaan dan kesulitan rakyat jelata seringkali diabaikan dan tidak menjadi perhatian utama dalam tindakan politik mereka.

Ketidakadilan dan Korupsi dalam Sistem Peradilan: Puisi ini juga menggambarkan ketidakadilan dan korupsi yang terjadi di kalangan peradilan. Para pejabat tinggi yang seharusnya menjunjung tinggi moralitas sering terjerat dalam praktik korupsi dan tindakan yang tidak etis, yang justru semakin menyisihkan kesempatan bagi masyarakat untuk bernapas lega.

Arti Demokrasi yang Tersulut dengan Ironi: Penyair mengajukan pertanyaan retoris tentang arti demokrasi sesuai etimologi. Meskipun arti demokrasi seharusnya "kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," tetapi realitas politik yang ada menunjukkan bahwa para pejabat tinggi juga adalah bagian dari rakyat, tetapi terkadang tindakan mereka jauh dari semangat demokrasi itu sendiri.

Pertanyaan atas Kemungkinan Perubahan: Puisi ini berakhir dengan pertanyaan apakah kita dapat mengganti arti demokrasi dengan yang lebih spesial lagi. Pertanyaan ini menggambarkan rasa kekecewaan dan penasaran penulis tentang mungkin ada perubahan yang lebih positif dalam sistem politik dan persepsi tentang demokrasi.

Puisi "Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah sebuah ungkapan kritik sosial atas realitas politik dan persepsi tentang demokrasi. Puisi ini menggambarkan ironi dan ketidaksesuaian antara arti sejati demokrasi dan praktik politik yang ada. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan dan berpikir kritis tentang bagaimana demokrasi dapat diartikan dan diimplementasikan dengan lebih baik untuk kepentingan masyarakat luas.

Puisi Lasinta Ari Nendra Wibawa
Puisi: Bisakah Kita Ganti Arti Demokrasi
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.