Puisi: Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu (Karya Putu Oka Sukanta)

Puisi "Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu" karya Putu Oka Sukanta menggambarkan perjuangan kaum tani sebagai simfoni yang tak akan mati, menciptakan ...
Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu (1)


Malam disambut suara-suara kecapi
matahari dibernasi suara-suara aksi.

Kelincahan jari ditali-tali kecapi
melepas beban memberat di hati
duka kepahitan dilantunkan tembang-tembang
manis kemenangan di jalan persahabatan
lepas diskusi
menanti pagi siapkan aksi
adalah simfoni yang tidak bisa mati
di hati manusia yang berlawanan
yang yakin akan kemenangan
merekalah kaum tani
di kaki-kaki Tangkuban Perahu

(Kawan suhara matanya buta
hatinya terus bicara)


Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu (2)


Sampai pada berita pagi
datang dari Tiongkok dan Woschod
menukik-nukik puteri bumi
simfoni sosialis, kemenangan
Afrika, Asia, Latin Amerika
penegak perdamaian, tapi yang berlawanan
buat kemerdekaan
seperti juga sampai kekuasaan dinasti
diakhiri
angin kembang pun melayang ke jurang
lembah-lembah berpetak hijaunya ladang
tomat, kentang, wortel atau sawi
di Pagarwangi kaum tani mengakhiri.

Tidak akan kuucapkan kepadamu
adikku:

- Aku cinta kepadamu
sebab pulang ke Bandung dari Cianjur
biru membiru Tangkuban Perahu
haru-terharu hatiku sekujur
buruh dan tani disalahkan selalu.

Kepadanyalah adikku
aku sampaikan cintaku.

Tidak kuucapkan sebab engkau pun mengerti
hari ini kita bersama dalam revolusi
tidak kuucapkan engkau pun tahu
tidakkan hilang dalam berlalu.

Seperti api yang menyala di desa-desa
menghapuskan kekolotan dan penghisapan
matahari dan kaum tani - mana bisa mati.

Kabut dingin mengendap di kaca jendela
tapi wajah legam di pinggang lembah dan bukit
berlawanan, pangkal kehidupan atau kematian
kendati malam akan meregam
sebab Darul Islam sudah dikalahkan

- Merekalah kaum tani
di lereng-lereng Tangkuban Perahu.

Malam disambut suara-suara kecapi
pagi dibernasi suara-suara aksi
dimanapun selama mereka kaum tani
melawan setan desa tidakkan berhenti.


Bandung, 25 Oktober 1964

Analisis Puisi:
Puisi "Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu" karya Putu Oka Sukanta adalah sebuah karya yang penuh dengan pesan-pesan sosial dan politik.

Gambaran Malam yang Damai: Puisi ini dimulai dengan gambaran malam yang tenang dan damai, dengan suara-suara kecapi yang menandakan keindahan alam. Namun, ada juga kontras yang muncul dengan menyebut bahwa matahari dibernasikan, mengisyaratkan kegelapan politik atau krisis. Ini mungkin menggambarkan ketegangan antara alam dan manusia, serta antara alam dan kekuasaan.

Perjuangan Kaum Tani: Penyair memperkenalkan kaum tani yang berada di kaki Tangkuban Perahu. Mereka digambarkan sebagai pemain utama dalam perjuangan sosial dan politik. Kecapi digambarkan sebagai alat musik yang melambangkan kesatuan dan perlawanan. Tembang-tembang yang dinyanyikan oleh kaum tani mencerminkan perasaan mereka yang memiliki harapan dan tekad untuk menang dalam perjuangan mereka. Kesatuan ini menghadirkan simfoni yang tak pernah mati dalam hati manusia yang yakin akan kemenangan.

Perkembangan Politik Dunia: Puisi ini mencoba menghubungkan perjuangan kaum tani di Tangkuban Perahu dengan perkembangan politik global. Penyair menyebut berita dari Tiongkok dan Woschod (mungkin merujuk kepada Uni Soviet) yang mempengaruhi perjuangan dan simpati bagi pergerakan sosialis dan kemerdekaan di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Namun, ada juga perasaan bahwa kekuasaan dinasti yang ada akan berakhir dan akan ada perubahan dalam kekuasaan.

Cinta dan Kesatuan dalam Revolusi: Penyair menyampaikan perasaan cinta dan kesatuan antara penyair dan kaum tani. Penyair mencoba untuk mengungkapkan cintanya kepada kaum tani, meskipun tidak mengucapkannya secara langsung. Ini adalah simbol cinta yang tulus dan kesatuan dalam perjuangan revolusi. Penyair juga menunjukkan pemahaman bahwa mereka bersama-sama dalam perjuangan yang tak akan berakhir.

Kesimpulan yang Penuh Harapan: Puisi ini diakhiri dengan nada penuh harapan. Meskipun ada kabut dingin dan malam yang akan datang, perjuangan dan semangat kaum tani tidak akan pernah mati. Mereka akan terus melawan setan desa dan menghapuskan ketidakadilan serta penghisapan. Kesatuan dan semangat perjuangan akan terus hidup di dalam mereka.

Puisi "Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu" adalah karya yang penuh dengan pesan sosial dan politik. Penyair menggambarkan perjuangan kaum tani sebagai simfoni yang tak akan mati, menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan cinta, kesatuan, dan harapan dalam konteks revolusi sosial dan politik. Puisi ini menginspirasi pembaca untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi ketidakadilan.

Puisi Putu Oka Sukanta
Puisi: Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu
Karya: Putu Oka Sukanta
© Sepenuhnya. All rights reserved.