Puisi: Ketika Waktu Memanggil (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Ketika Waktu Memanggil" mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, kematian, dan warisan yang kita tinggalkan di dunia ini.
Ketika Waktu Memanggil
(Gus Dur wafat dalam usia 69 tahun)

Ketika waktu memanggil 
Tak ada yang hilang dari langit
Tak ada yang hilang dari ingatan 
Yang tanggal hanya lembar kalender
Yang tanggal hanya angka jam.

Jika Allah memanggil, cukup sudah
Hanya hati merapuh yang tak kuasa. 
Hanya aroma ajal yang mengeras
Dan perasaan ringan seperti kapas

Lalu semua lampus
Seperti kelambu menutup ranjang tidurmu
Hanya jejak kata yang tak terhapus
Sejauh-jauh ingatanku.

2009

Sumber: Perempuan dalam Secangkir Kopi (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Ketika Waktu Memanggil" karya Kurniawan Junaedhie adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema kematian, waktu, dan ingatan dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang sederhana namun penuh makna.

Refleksi tentang Kematian: Puisi ini menghadirkan refleksi mendalam tentang kematian sebagai bagian alamiah dari kehidupan manusia. Penyair menekankan bahwa ketika waktu memanggil, tidak ada yang bisa dihindari atau disembunyikan. Kematian adalah kepastian yang tak terelakkan bagi setiap manusia.

Kesederhanaan dan Kehilangan: Penyair menyoroti sifat kesederhanaan dari kematian. Meskipun peristiwa yang besar dan menakutkan, kematian juga bisa terasa ringan dan damai seperti kapas. Namun, kesederhanaan ini juga membawa kehilangan yang mendalam bagi mereka yang ditinggalkan.

Kepercayaan dan Ketakutan: Dalam baris "Jika Allah memanggil, cukup sudah", penyair menggambarkan campuran antara kepercayaan dan ketakutan yang umumnya terkait dengan kematian. Ada rasa pasrah dan pengakuan bahwa hanya hati yang merapuh yang tidak bisa menolak panggilan kematian.

Konsistensi Ingatan: Meskipun tubuh manusia lenyap, puisi menegaskan bahwa ingatan dan jejak-jejak kata akan tetap abadi. Ini menggarisbawahi pentingnya kenangan dan warisan yang kita tinggalkan di dunia.

Kesimpulan tentang Kematian: Dengan menggunakan gambaran lampu yang padam dan kelambu yang menutup, puisi ini menggambarkan akhir yang hening dan tenang dari kehidupan seseorang. Namun, jejak-jejak yang ditinggalkan di dalam ingatan orang lain tetap abadi.

Kesederhanaan Bahasa: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun padat, menciptakan nada yang menyesakkan dan merenungkan. Frasa-frasa pendek dan gambaran yang kuat meninggalkan kesan mendalam pada pembaca.

Puisi "Ketika Waktu Memanggil" adalah refleksi yang kuat tentang kematian, waktu, dan kenangan. Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, kematian, dan warisan yang kita tinggalkan di dunia ini.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Ketika Waktu Memanggil
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.