Puisi: Kunanti Bumi Memerah Darah (Karya Mawie Ananta Jonie)
Puisi: Kunanti Bumi Memerah Darah
Karya: Mawie Ananta Jonie
Kunanti Bumi Memerah Darah
Bulan arit di langit
napas terkatung di Ciliwung
anak kecil menangis di pangkuan
seorang perempuan
wajahnya hanyut ke laut
sejak ia datang dari pinggiran kota
dibawa sungai kehidupan
Malam ini ia petik kecapi
bersama nyanyi
Ciliwung airnya merah
walaupun merah hidup tampaknya
kunanti bumi memerah darah
kuserahkan engkau kepadanya
Diciumnya si kecil dalam badungan
dinantinya si mungil dalam kandungan
Tidurlah anak jangan menangis
kecapi dan nyanyi sudah berhenti
kalau kau lihat malam menipis
angina dingin datang menari
bulan arit di langit
cinta dan kasih
bergelimpangan di jalanan
mawar dan wajah
menanti bumi merah
Ciliwung mengalir
kesayangan mencair
derita dan sengsara
bertengkar sejak lama
Malam ini ia petik kecapi
bersama nyanyi
Ciliwung airnya merah
walaupun merah hidup tampaknya
kunanti bumi memerah darah
kuserahkan engkau kepadanya.
Jakarta, 21 Maret 1965
Puisi: Kunanti Bumi Memerah Darah
Karya: Mawie Ananta Jonie