Puisi: Pada Suatu Subuh (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Pada Suatu Subuh" karya Kurniawan Junaedhie menggambarkan perasaan kebingungan, kesepian, dan kehilangan dalam diri penyair saat ia merenung ..
Pada Suatu Subuh

Setelah satu demi satu kalender tanggal,
aku makin yakin,
aku merasa tak pernah mengenalmu:
siapa gerangan namamu?
dimana alamatmu?

Sungguh, aku tak pernah melihatmu sebelumnya
aku memang pernah melihat orang berjalan
tapi dia menjauh sejam kemudian
dan dia diam, dan hanya melipat tangan

Apakah itu engkau?
apakah itu engkau?

Aku memang pernah melihat
orang masuk ke dalam mimpiku sekali dua kali
tapi dia menjauh sejam kemudian
dan dia diam, dan hanya melipat tangan

Aku memang pernah mendengar
suara angin menggelepar
apakah kau yang sembunyi di situ?
apakah yang kauharap dari hidupku?

Bagaimana mungkin kau kini mengenalku?
pernahkah kita berjabatan tangan?
dengan siapa selama ini aku berjalan?
dengan siapa selama ini aku bersapaan?

Semakin banyak tahun menggelosor pergi
aku pun semakin yakin,
kita memang tak pernah berkenalan.

Semua habis.
pengharapan habis
suara burung habis
sajak-sajak telah lama tak kutulis
masa laluku tak ubahnya orang yang kehabisan karcis,
melenting jauh ke arah bintang,
dan kini nungging di bumi sendiri

Kini kuingat diriku yang tak punya teman
sementara jakarta hanya diam
dengan mata terpejam.

Ciputat, 19 Juni 1994/2009

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Suatu Subuh" menghadirkan gambaran tentang kebingungan dan kesepian yang dialami oleh penyair saat ia merenung pada suatu subuh.

Kebingungan Identitas dan Kehadiran: Puisi ini mengeksplorasi tema kebingungan identitas dan kehadiran. Penyair mengungkapkan ketidakpastiannya tentang apakah ia pernah mengenali seseorang atau bahkan dirinya sendiri. Hal ini tercermin dalam pengulangan pertanyaan "apakah itu engkau?" yang menunjukkan kebingungan dan kehilangan penyair akan identitasnya.

Kesepian dan Kehampaan: Ada nuansa kesepian dan kehampaan yang melingkupi puisi ini. Penyair merasa sendiri dan terasing, seperti tergambar dari gambaran tentang suara angin yang menggelepar dan kesendirian dalam berjalan dan bersapaan. Ketidakmampuan untuk menemukan hubungan atau makna dalam kehidupannya menciptakan rasa hampa dan kekosongan.

Kehilangan Harapan dan Inspirasi: Puisi ini juga menggambarkan perasaan kehilangan harapan dan inspirasi. Penyair menyatakan bahwa semua telah habis, termasuk pengharapan, suara burung, dan kemampuannya untuk menulis puisi. Ini mencerminkan perasaan putus asa dan kekosongan dalam diri penyair.

Kegelapan Kota dan Keterasingan: Gambaran tentang Jakarta yang diam dengan mata terpejam menunjukkan keterasingan dan kegelapan yang melingkupi kota. Ini bisa diinterpretasikan sebagai representasi dari keadaan emosional penyair, di mana ia merasa terisolasi dan terpisah dari dunia di sekitarnya.

Puisi "Pada Suatu Subuh" karya Kurniawan Junaedhie menggambarkan perasaan kebingungan, kesepian, dan kehilangan dalam diri penyair saat ia merenung pada suatu pagi. Dengan gaya bahasa yang kuat dan gambaran yang intens, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi, identitas, dan makna kehidupan dalam suasana yang hampa dan suram.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Pada Suatu Subuh
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.