Puisi: Penantian (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Penantian" karya Kurniawan Junaedhie merenungkan tentang kehadiran kematian, ketidakpastian akan nasib setelahnya, dan perasaan kesendirian ...
Penantian

Aku mengaduh ditindih seorang malaikat. Kepalaku terantuk, badanku tertekuk. Dia duduk persis di atas kepalaku. Aku tak mungkin menarik kain kafan. Kafan kutarik menutup kepala, kakiku di bawah terbuka. Dingin tanah seketika meresap ke dalam kulitku bernanah. Mulutku gemetar: Akan tibakah ajakan menuju Yaumul Mahsyar? Atau masih di alam barzah? O, Yaumul Ba’ats, kuingat jelas. Kalau waktu masih lama, aku ingin jumpa Camus. Dia yang bilang akhirat hanya semu. Atau kalau beliau sibuk, izinkan aku bertemu ibu. Sudah lama aku rindu.  O, tak ada suara. Hanya guguran bulir-bulir tanah di samping kiri kananku. Aku mengaduh. Malaikat itu terus menindih tubuhku. Masa penantian yang kelu.

2009

Sumber: Perempuan dalam Secangkir Kopi (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Penantian" karya Kurniawan Junaedhie adalah ungkapan yang menggugah tentang perasaan penantian dan ketidakpastian dalam menghadapi kematian. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat, puisi ini menyajikan perenungan yang dalam tentang eksistensi manusia dan kehadiran kematian.

Gambaran Kematian: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang kematian sebagai kehadiran malaikat yang menindih dan menekan tubuh penyair. Ini menciptakan suasana yang menakutkan dan menggelisahkan, mencerminkan ketidakpastian dan kecemasan terhadap akhirat.

Ketidakpastian dan Kerinduan: Penyair mengekspresikan ketidakpastian akan nasibnya setelah kematian, apakah dia akan dibawa ke Yaumul Mahsyar atau masih berada di alam barzah. Namun, dalam kegelisahan ini, dia juga merindukan pertemuan dengan sosok yang penting baginya, seperti Camus atau ibunya.

Perenungan akan Akhirat: Penyair merenungkan pandangan tentang akhirat, mengutip pendapat Camus bahwa akhirat hanyalah ilusi. Namun, dalam konteks situasi yang dialaminya, pandangan ini mungkin menimbulkan pertanyaan dan keraguan lebih lanjut tentang nasibnya setelah kematian.

Kesendirian dan Keterasingan: Puisi ini menciptakan kesan kesendirian dan keterasingan yang mendalam, dengan penyair yang terjebak dalam tubuhnya yang rentan, dihadapkan pada kehampaan dan kekosongan. Tidak ada respons atau kehadiran yang nyata, kecuali bulir-bulir tanah yang jatuh di sekelilingnya.

Penutup yang Mengharukan: Puisi ini ditutup dengan pengakuan penyair tentang masa penantian yang menyedihkan. Ini menciptakan kesan keputusasaan dan kerinduan yang mendalam, sementara ia terus berada dalam keadaan yang tidak pasti dan menakutkan.

Puisi "Penantian" karya Kurniawan Junaedhie adalah puisi yang menggugah dan merenungkan tentang kehadiran kematian, ketidakpastian akan nasib setelahnya, dan perasaan kesendirian serta keputusasaan dalam menghadapinya. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menimbulkan refleksi yang mendalam tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan akhirat.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Penantian
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.