Puisi: Telur Mata Sapi (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Telur Mata Sapi" karya Nirwan Dewanto mengundang pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, eksistensi, dan pencarian makna yang mendalam.
Telur Mata Sapi
(untuk Sigmar Polke)

Hanya mata yang sudah menamatkan
Biru samudra mampu menimbang
Cangkang letih menggeletar ini.

Hanya jari yang pernah bersengketa
Dengan merah darah lancar meniti
Lengkung seperti punggung iblis ini.

Hanya jantung yang sesekali terperam
Di gudang bawah tanah patut mengasihani
Retakan yang menahan gelegak lendir ini.

Hanya lukisan yang rela ditumbuhi
Hijau lumut segera memisahkan
Telur perempuan dari telur api.

Hanya penyair yang tak juga selesai
Menjelajahi luasan putih akan berpahala
Lapar sejati di pusat kuning ini.

Tapi hanya lidah yang sungguh jenuh
Oleh garam pasti sanggup membuntuti
Puisi pipih gosong di dulang kosong ini.

2008

Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Telur Mata Sapi" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah karya yang kaya akan metafora dan imaji yang kuat. Dalam puisi ini, penyair menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan, kecemasan, dan pencarian makna.

Metafora Telur Mata Sapi: Telur mata sapi digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan ketidaksempurnaan, kerentanan, dan ketegangan dalam kehidupan manusia. Telur yang rapuh dan cangkang yang menahan gelegak lendir menciptakan gambaran tentang kelemahan manusia dan tekanan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Citra dan Imaji: Penyair menggunakan citra dan imaji yang kuat, seperti "mata yang sudah menamatkan biru samudra", "jari yang pernah bersengketa dengan merah darah", dan "jantung yang sesekali terperam di gudang bawah tanah", untuk menciptakan suasana misterius dan gelap yang melingkupi puisi. Ini menciptakan lapisan-lapisan makna dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam.

Kehidupan dan Kecemasan: Puisi ini mengeksplorasi tema-tema kehidupan, kecemasan, dan eksistensialisme. Penyair menyoroti ketidakpastian dan kelemahan manusia dalam menghadapi tekanan dan tantangan kehidupan. Melalui gambaran telur mata sapi yang rapuh dan cangkang yang menahan, penyair menggambarkan kehidupan manusia yang terus-menerus berada dalam tekanan dan ketegangan.

Pencarian Makna: Di baris "Tapi hanya lidah yang sungguh jenuh", penyair menyoroti kekecewaan dan kejenuhan manusia dalam mencari makna dan pemahaman yang mendalam dalam kehidupan. Meskipun banyak hal yang dapat dipelajari dan dijelajahi, manusia sering kali merasa kebingungan dan kejenuhan dalam mencari makna yang sejati.

Puisi "Telur Mata Sapi" adalah sebuah karya sastra yang kaya akan metafora dan imaji. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, penyair menggambarkan kerentanan dan ketidakpastian manusia dalam menghadapi kehidupan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, eksistensi, dan pencarian makna yang mendalam.

Nirwan Dewanto
Puisi: Telur Mata Sapi
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.