Puisi: Celah (Karya Remy Sylado)

Puisi "Celah" karya Remy Sylado adalah sebuah refleksi tentang ketidakpastian, kesulitan, dan keraguan dalam menjalani kehidupan. Puisi ini ....
Celah


Ada siapa yang bisa uraikan alur besok-lusa
setelah terbenam matari menyusul gilir tulat-tubin
Kalau titian menuju anganan adab cuma satu terowong
tersumbat tanpa celah bagi tembusnya cahaya fajar
Apakah kita terpuaskan dalam hanya meraba-raba?

Ada gelap makin malam dikekang kepentingan diri
padahal sebersit macis telah berubah jadi unggun
berkobar dan meletup-letup dan hatimu dingin jua
Lihat, selain kita masih ada bayang-bayang sendiri
Mengikuti dan mengejar ke mana pun kaki bergerak.

Ada mata yang memancar kematian gairah
tidak pada piatu seberang negri yang berperang
atau pada pelacur negri sendiri yang gemah-ripah
namun sembunyi di perisai rasam mementingkan diri
Kubawa ke atas kesediaan bahu untuk memikul
mencoba mengurai resianya jika aku seorang ibu
Ibu lebih katam arus kasih sayang — aku tabu
Ada dalam hatinya banyak celah bagi tembusnya
harapan — apakah matari terbit atau terbenam.


Analisis Puisi:
Puisi "Celah" karya Remy Sylado menghadirkan gambaran yang puitis dan reflektif tentang ketidakpastian, kesulitan, dan keraguan dalam menjalani kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan manusia yang terjebak dalam kegelapan dan perlu mencari celah untuk memperoleh cahaya dan harapan. Mari kita telaah lebih lanjut makna dan pesan yang terkandung dalam puisi ini.

Puisi "Celah" dimulai dengan pertanyaan tentang kemampuan seseorang untuk merencanakan masa depan di tengah ketidakpastian hidup. Penulis mengungkapkan keraguan dan kebingungan terhadap keberlanjutan waktu dan arah yang akan diambil. Titian yang menuju angan-angan hanya terowongan yang tersumbat, tidak ada celah bagi cahaya fajar untuk tembus. Puisi ini menyoroti perasaan terjebak dan hanya mengandalkan perabaan dalam menjalani kehidupan.

Puisi menggambarkan kegelapan yang semakin pekat seiring berjalannya waktu, karena kepentingan diri yang mengendalikan dan menghambat perubahan yang positif. Meskipun ada sebersit harapan, hati tetap dingin dan bayang-bayang sendiri yang mengikuti dan mengejar di mana pun kaki bergerak. Penulis mencerminkan perasaan terisolasi dan kebingungan dalam menemukan arah yang benar.

Puisi ini mencerminkan kehadiran kematian sebagai pemancar gairah yang tersembunyi di balik ego dan kepentingan diri. Pemilihan kata "piatu" dan "pelacur" menggambarkan keadaan masyarakat yang terjebak dalam konflik dan perpecahan, sedangkan penulis mengemukakan kebutuhannya untuk mencoba mengurai rasa takut dan kesedihan melalui keberadaan ibu yang penuh kasih sayang.

Penutup puisi menekankan keberadaan celah dalam hati untuk memperoleh harapan. Penulis menggambarkan perasaan ketidakpastian apakah matahari terbit atau terbenam, menunjukkan perjalanan hidup yang penuh dengan pertanyaan dan harapan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya mencari celah untuk memperoleh cahaya, harapan, dan arti dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.

Puisi "Celah" karya Remy Sylado adalah sebuah refleksi tentang ketidakpastian, kesulitan, dan keraguan dalam menjalani kehidupan. Puisi ini menggambarkan perasaan terjebak dalam kegelapan dan kepentingan diri, namun juga menawarkan harapan dan celah untuk mencari cahaya dan arti. Melalui penggunaan gambaran yang sugestif dan bahasa puitis, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, perjalanan manusia, dan pentingnya mencari celah untuk memperoleh harapan di tengah kegelapan. Puisi ini mengajak pembaca untuk mengeksplorasi makna dan mempertanyakan arah kehidupan mereka sendiri. "Celah" merupakan sebuah puisi yang memicu pemikiran dan refleksi yang mendalam tentang eksistensi manusia dan perjuangan dalam mencari cahaya di tengah kegelapan kehidupan.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Celah
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.