Puisi: Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu" karya Beno Siang Pamungkas mengeksplorasi tema ketahanan, transformasi, dan dinamika waktu dengan cara ...
Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu


Mungkin kau tak sempat mengukur
Jarak yang terentang antara bayangmu ke ekor mataku.
Jarak yang terentang sepanjang separuh usiaku.
Jarak yang pendek bagi ujian ketabahan
dan kebebalan.

25 tahun, aku kau gambar mati.
Menjadi spora.
Di ruang kedap udara.

Kadang-kadang waktu jinak melunak.
Bisa kutipu dunia.

Namun sering,
ia ganas, dan keji.
Seperti api.
Menggasak sabana kering
sepi.

Dan dua menit ini terus membelit.
Menyempit.
Semoga Tuhan mengutukmu
Menjadi tulang rusukku.


17 November 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu" karya Beno Siang Pamungkas membawa pembaca ke dalam medan emosi yang kompleks, menggambarkan perjalanan waktu yang penuh perjuangan, keteguhan, dan ketidakpastian. Puisi ini merentang sepanjang 25 tahun, memberikan ruang bagi refleksi, harapan, dan juga rasa kekecewaan.

Metafora dan Simbolisme Waktu: Puisi ini memanfaatkan metafora waktu sebagai entitas yang hidup dan memiliki sifat ganas. Waktu dijelaskan sebagai sesuatu yang kadang jinak dan bisa dipengaruhi, namun seringkali bersifat ganas dan keji, seperti api yang menggasak sabana kering sepi. Penggunaan waktu sebagai metafora menciptakan lapisan makna mendalam, memperlihatkan dinamika perjalanan hidup.

Jarak dan Pemisahan: Puisi membicarakan tentang jarak, baik secara fisik maupun emosional. Jarak yang terentang antara bayangan dan mata, sepanjang separuh usia, menggambarkan pemisahan dan perjalanan hidup yang dijalani penyair. Pemisahan ini menjadi ujian ketabahan dan kebebalan, menyoroti tantangan dalam menjalani perjalanan hidup.

Keberanian dan Kebebalan: Puisi menggambarkan keberanian dan kebebalan sebagai respon terhadap perjalanan hidup yang penuh dengan ujian. Penggunaan kata "ketabahan" dan "kebebalan" menyiratkan bahwa meskipun jalan hidup penuh dengan cobaan, penyair tetap mampu bertahan dan tidak mengalami kehancuran. Keberanian dan ketahanan menjadi aspek penting dalam menghadapi tantangan hidup.

Perubahan dan Transformasi: Penyair merinci bahwa dalam 25 tahun, ia menjadi "spora" di ruang kedap udara, menggambarkan perubahan dan transformasi. Spora sebagai bentuk hidup mikroorganisme yang tahan terhadap kondisi sulit mewakili kehidupan yang mampu bertahan dan beradaptasi di lingkungan yang sulit.

Dinamika Waktu: Puisi menyoroti dinamika waktu yang tidak selalu bersahabat. Waktu bisa melunak dan bisa juga ganas, menciptakan ketidakpastian dalam perjalanan hidup. Perjalanan waktu tidak selalu mudah, dan puisi ini merenungkan tentang bagaimana penyair bisa mencoba memanipulasi waktu untuk menghadapi dunia.

Keinginan dan Kutukan: Puisi diakhiri dengan harapan dan kutukan. Harapan bahwa dua menit yang terus membelit akan sempit dan menyempit, menciptakan tekanan dan ketidaknyamanan. Sementara itu, kutukan yang diucapkan berharap Tuhan mengutuk dan menjadikan orang yang disembah menjadi tulang rusuknya, menggambarkan rasa kekecewaan atau amarah yang mungkin ada dalam hubungan.

Puisi "Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu" karya Beno Siang Pamungkas adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan emosi dan refleksi. Melalui penggunaan metafora waktu, jarak, dan simbolisme, penyair menciptakan gambaran tentang perjalanan hidup yang sulit dan tidak terduga. Puisi ini mengeksplorasi tema ketahanan, transformasi, dan dinamika waktu dengan cara yang menggugah pemikiran pembaca.

"Puisi: Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu"
Puisi: Dua Menit Lebih 25 Tahun Menujumu
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.