Puisi: Kidung Rembang Petang (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Kidung Rembang Petang" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan perasaan cinta, rindu, dan pengabdian seorang anak terhadap ibunya.
Kidung Rembang Petang


Seiring lagu rindu kuketuk pintu hatimu, ibu telah lama aku berjalan menembus kabut di matamu mengurai mbako susur yang melingkar di bibir waktu terasa pahit di lidah, tapi tak juga kaumuntahkan lewat angin semilir kukirim lagu rindu menembus langit biru.

Kini aku melangkah menujumu, ibu aku mengarah hanya pada puting susumu masih kuingat betapa jari jemarimu tak letih menyulam perih luka batinku.

Meski tertatih, kini jemari tanganku tak letih meniti tasbih menguntai jiwa putih mendekap jiwa perih. Ibu, sendirian aku berjalan memasuki gerbang istana-Nya, mengetuk pintu rindu ibu, senjakala berwarna jingga mengurai senyummu.


Jambi, 18 Mei 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Kidung Rembang Petang" karya Dimas Arika Mihardja adalah ungkapan perasaan cinta dan kerinduan yang dalam terhadap ibu. Puisi ini menggambarkan perjalanan seorang anak yang merindukan ibunya dan mencoba untuk mendekatinya melalui doa dan kenangan.

Ekspresi Rasa Rindu: Puisi ini secara langsung mengungkapkan rasa rindu seorang anak terhadap ibunya. Penyair menggunakan bahasa yang kuat untuk menyampaikan betapa besar rasa kangen dan cinta yang dirasakan terhadap ibunya.

Metafora dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan berbagai metafora dan simbolisme untuk menggambarkan perasaan penyair. Misalnya, "mbako susur yang melingkar di bibir waktu" adalah metafora untuk kenangan yang mengalir dalam waktu dan "senjakala berwarna jingga mengurai senyummu" adalah gambaran senja yang mengingatkan pada senyum ibu.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini merujuk pada alam dan elemen alam seperti langit biru, angin semilir, dan senja berwarna jingga. Ini menciptakan ikatan antara perasaan penyair dan alam, menggambarkan bagaimana alam adalah bagian dari kenangan tentang ibu.

Doa dan Spiritualitas: Puisi ini mencerminkan aspek spiritualitas dengan menyebutkan tasbih dan doa. Penyair menggambarkan upayanya untuk mendekatkan diri pada ibu melalui doa dan pengabdian spiritual.

Perjalanan Emosional: Puisi ini menciptakan perjalanan emosional yang kuat, mulai dari rasa rindu yang mendalam hingga pengabdian dan doa yang mendalam. Ini menciptakan narasi yang mengalir dan meresap ke dalam perasaan pembaca.

Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kuat dalam puisi ini. Kata-kata seperti "mbako susur" dan "senjakala berwarna jingga mengurai senyummu" menciptakan citra yang hidup dan menggugah perasaan.

Secara keseluruhan, "Kidung Rembang Petang" adalah puisi yang menggambarkan perasaan cinta, rindu, dan pengabdian seorang anak terhadap ibunya. Puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang hubungan antara anak dan ibu, serta bagaimana kenangan dan doa dapat menghubungkan mereka dalam cinta yang abadi.

"Puisi: Kidung Rembang Petang"
Puisi: Kidung Rembang Petang
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.