Puisi: Monolog Senja, Yessika (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi: Monolog Senja, Yessika Karya: Dimas Arika Mihardja
Monolog Senja, Yessika


Telah kupintal kerinduan mendalam dalam diam
diam-diam kurajut warna senja bianglala di dada cinta, Yessika
kubahasakan rasa terdalam ke dalam kolam jiwa
segalanya menuju muara
mengalirkan makna bersetia.

Sebagai lahar dingin, kuingin bersama merenda warna senja
sebagai bunga yang rekah pada musim bercinta
menjadi irama yang melantunkan aroma segala gelora, Yessika
kejorakan lagi kerling mata pesonamu di ambang senja
sebagai kunang-kunang saat malam
tumbuh sebagai embun di ujung daun.

Kepundan harapan terasa membukit
tumbuh di dada cinta
mengaroma di ujung senja
: Yessika, Yessika, Yessika...


April, 2011

Analisis Puisi:
Senja, sebuah waktu yang penuh dengan keindahan dan keheningan. Dalam puisi "Monolog Senja, Yessika" karya Dimas Arika Mihardja, kita dihadapkan pada gambaran puitis tentang kerinduan yang mendalam dan rasa cinta yang kuat terhadap seseorang bernama Yessika. Puisi ini mengekspresikan perasaan penulis yang diungkapkan melalui kata-kata yang indah dan imaji yang kuat.

Dalam baris pembuka puisi, penulis menyatakan bahwa kerinduan yang mendalam telah dipintal dalam diam. Ini menggambarkan perasaan yang dalam dan tak terungkapkan yang memenuhi hati sang penulis. Penulis merajut warna senja bianglala di dada cinta, menciptakan gambaran visual tentang keindahan senja yang dipadukan dengan rasa cinta yang menyelimuti hatinya.

Kemudian, penulis mengungkapkan keinginannya untuk bersama Yessika, menggambarkan dirinya sebagai "lahar dingin." Ia ingin merasakan kehangatan senja bersama Yessika, sebagaimana bunga yang merekah pada musim bercinta. Melalui kata-kata ini, penulis menciptakan gambaran tentang keindahan alam dan perasaan asmara yang melimpah ruah.

Pada baris berikutnya, penulis mengungkapkan kekagumannya terhadap pesona Yessika. Kejorakan dan kerling mata Yessika pada ambang senja menjadi titik fokus penulis. Ia menggambarkan Yessika seperti kunang-kunang yang muncul saat malam tiba, dan tumbuh sebagai embun di ujung daun. Ini adalah gambaran visual tentang kecantikan dan kelembutan Yessika yang memukau hati sang penulis.

Pada bagian akhir puisi, penulis mengungkapkan harapan yang meningkat di dalam hatinya. Kepundan harapan tersebut tumbuh di dada cinta dan mengaroma di ujung senja. Penulis memanggil nama Yessika berkali-kali, menggambarkan betapa kuat dan tulusnya perasaan cintanya.

Puisi "Monolog Senja, Yessika" menciptakan atmosfer yang romantis dan penuh harap. Melalui bahasa yang indah dan imaji yang kuat, penulis berhasil mengungkapkan perasaan kerinduan, cinta, dan harapannya terhadap Yessika. Puisi ini memperlihatkan kepekaan penulis terhadap keindahan alam dan emosi manusia, sambil menciptakan gambaran puitis yang memikat hati pembaca.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Monolog Senja, Yessika
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.