Analisis Puisi:
Puisi "Tirtayasa," karya Toto ST Radik, menggambarkan tentang kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, Toto ST Radik mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehancuran kerajaan dan ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan zaman.
Tema yang dominan dalam puisi ini adalah kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Toto ST Radik menggunakan gambaran sebuah kerajaan yang telah sirna, irigasi tua yang kini sepi, dan kampung leluhur yang terlupakan untuk menggambarkan kehancuran dan keruntuhan. Namun, di tengah kehancuran tersebut, pesan tentang keberanian yang abadi tetap tersirat, melalui tokoh Tirtayasa yang tidak bisa takluk dan tetap mempertahankan keberaniannya.
Gaya penulisan Toto ST Radik dalam puisi ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam. Puisi ini memadukan kata-kata yang menggambarkan keadaan yang muram, seperti "jalan tanah berdebu", "muram dan membosankan", dengan gambaran yang kuat, seperti "angin yang asin", "panji perang di tengah hutan purba yang liar". Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam menciptakan efek emosional yang kuat dan menghidupkan suasana puisi.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Toto ST Radik melalui puisi ini adalah tentang ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan dan kehancuran. Meskipun kerajaan dan kejayaan telah sirna, tokoh Tirtayasa menjadi simbol ketahanan dan keberanian yang abadi. Pesan ini mengajak pembaca untuk tidak menyerah dalam menghadapi perubahan dan kehancuran, serta tetap mempertahankan keberanian dan semangat yang tidak bisa takluk.
Puisi "Tirtayasa" karya Toto ST Radik, menghadirkan gambaran tentang kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, Toto ST Radik mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan dan kehancuran. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya mempertahankan keberanian dan semangat yang tidak bisa takluk dalam menghadapi perubahan zaman.
Karya: Toto ST Radik