Puisi: Tirtayasa (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Tirtayasa" karya Toto ST Radik, menghadirkan gambaran tentang kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Melalui bahasa yang kuat dan ....
Tirtayasa (1)


Jalan tanah berdebu
sepanjang tepi irigasi tua
muram dan membosankan
di bawah cuaca terik

tak ada lagi perahu-perahu berlayar
ke laut utara, melintas benua
dan sawah yang menghampar
hanya terkapar, garing, putus asa

kecuali angin
yang asin
seluruhnya tinggal kepingan kenangan
pucat dan pudar pada banyak bagian

o, kampung leluhur
kerajaan yang tumpur
udik yang tersungkur


Tirtayasa (2)


di pasar: hatiku bergetar
kucium bau hangus yang tajam
dari arah makam kusam

segumpal cahaya melesat
membutakan mataku
tapi kulihat
seorang lelaki tua dengan janggut perak
pada satu senja yang rumit
di penghujung desember tahun 1682
membumihangus keraton dan kampung-kampung
yang dibangunnya bertahun-tahun

“pontang di barat tanahara di timur
sudah jatuh
tapi tirtayasa tak bisa takluk!’
abulfath abdul fatah, sultan sepuh itu, berkata

kemudian bersama yang setia
menembus alas keranggan
di selatan

mendirikan kemah, berpindah-pindah,
mengibarkan panji perang
di tengah hutan purba yang liar
hingga pedalaman sajira

“tidak, anakku
tirtayasa tak bisa takluk!”


Tirtayasa (3)


tapi di sini, kini, ingatan telah remuk
tirtayasa yang tua hanya peta lapuk
hancur dimakan bubuk

hanya isyarat-isyarat cahaya
di langit tanpa lazuardi
dikoyak sepi

o, kampung leluhur
kerajaan yang tumpur
udik yang tersungkur


Tirtayasa, 1999

Catatan:
Abulfath Abdul Fatah: Sultan keenam yang memerintah Banten (1651-1672). Nama Abulfath Abdul Fatah adalah pemberian Sultan Makkah. Nama sebenarnya adalah Pangeran Surya dan lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa setelah mendirikan keraton di Tirtayasa sebagai Sultan Sepuh, sedangkan pemerintahan sehari-hari di Keraton Surasowan dipegang putranya sebagai Sultan Anom yaitu Pangeran Gusti atau Sultan Abunasr Abdul Qohar atau Sultan Haji. Berkat politik devide et empera Belanda, dua keraton tersebut berperang.

Alas Keranggan: Hutan Keranggan terletak di selatan Tirtayasa dan menjadi basis gerilya setelah Sultan Ageng Tirtayasa memusnahkan keraton karena tidak sudi dikuasai Belanda yang bekerjasama dengan Sultan Haji.

Analisis Puisi:
Puisi "Tirtayasa," karya Toto ST Radik, menggambarkan tentang kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, Toto ST Radik mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehancuran kerajaan dan ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan zaman.

Tema yang dominan dalam puisi ini adalah kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Toto ST Radik menggunakan gambaran sebuah kerajaan yang telah sirna, irigasi tua yang kini sepi, dan kampung leluhur yang terlupakan untuk menggambarkan kehancuran dan keruntuhan. Namun, di tengah kehancuran tersebut, pesan tentang keberanian yang abadi tetap tersirat, melalui tokoh Tirtayasa yang tidak bisa takluk dan tetap mempertahankan keberaniannya.

Gaya penulisan Toto ST Radik dalam puisi ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam. Puisi ini memadukan kata-kata yang menggambarkan keadaan yang muram, seperti "jalan tanah berdebu", "muram dan membosankan", dengan gambaran yang kuat, seperti "angin yang asin", "panji perang di tengah hutan purba yang liar". Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam menciptakan efek emosional yang kuat dan menghidupkan suasana puisi.

Pesan yang ingin disampaikan oleh Toto ST Radik melalui puisi ini adalah tentang ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan dan kehancuran. Meskipun kerajaan dan kejayaan telah sirna, tokoh Tirtayasa menjadi simbol ketahanan dan keberanian yang abadi. Pesan ini mengajak pembaca untuk tidak menyerah dalam menghadapi perubahan dan kehancuran, serta tetap mempertahankan keberanian dan semangat yang tidak bisa takluk.

Puisi "Tirtayasa" karya Toto ST Radik, menghadirkan gambaran tentang kejayaan yang sirna dan keberanian yang abadi. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, Toto ST Radik mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketahanan jiwa dalam menghadapi perubahan dan kehancuran. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya mempertahankan keberanian dan semangat yang tidak bisa takluk dalam menghadapi perubahan zaman.

Puisi Toto ST Radik
Puisi: Tirtayasa
Karya: Toto ST Radik
© Sepenuhnya. All rights reserved.