Puisi: Kemudian Senyap, Kemudian Gelap (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Kemudian Senyap, Kemudian Gelap" karya Linus Suryadi AG mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi, keheningan, dan ....
Kemudian Senyap, Kemudian Gelap


Kemudian senyap, kemudian gelap
engkau berjalan demikian tegap
Jika hari, engkau tahu, berayun
dalam lena kabut-kabut terbantun

Jatuh di tanah-tanah yang anggun
jatuh kita yang sangsi: Kenapa di sini
Kenapa engkau dan aku bersendiri
suara pun menebak: suaramukah ini?


1973

Sumber: Langit Kelabu (1980)

Analisis Puisi:
Puisi "Kemudian Senyap, Kemudian Gelap" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi, keheningan, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang muncul dalam kehidupan manusia.

Gelap dan Senyap sebagai Motif Sentral: Gelap dan senyap adalah dua motif utama dalam puisi ini. Mereka menciptakan perasaan misteri dan ketidakpastian. Gelap bisa diartikan secara fisik, seperti malam yang tiba, tetapi juga bisa memiliki makna metaforis sebagai ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam hidup. Senyap juga bisa diartikan secara harfiah, tetapi juga dapat menggambarkan perasaan hampa atau kekosongan.

Penjelasan Tentang Hidup dan Kematian: Puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai refleksi tentang keberadaan manusia di dunia ini. Keheningan dan kegelapan yang disebutkan dalam puisi dapat merujuk pada perasaan kekosongan yang sering kita rasakan dalam hidup. Pertanyaan "Kenapa di sini?" menciptakan ketidakpastian tentang tujuan hidup dan makna eksistensi manusia.

Kabut sebagai Simbolisme: Kabut yang disebutkan dalam puisi ini dapat diartikan sebagai ketidakjelasan atau kebingungan dalam hidup. Kabut menciptakan penghalang bagi pandangan kita, mirip dengan bagaimana ketidakpastian dapat menghalangi pemahaman kita tentang hidup dan tujuan.

Pertanyaan Identitas: Puisi ini mengajukan pertanyaan yang dalam tentang identitas diri. "Suaramukah ini?" menciptakan keraguan tentang siapa diri kita sebenarnya, dan apakah kita dapat mengenali diri kita sendiri dalam situasi atau kondisi tertentu.

Puisi "Kemudian Senyap, Kemudian Gelap" adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan makna dan tafsiran. Dengan menggunakan gelap, senyap, kabut, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis, puisi ini menggambarkan perasaan eksistensial dan ketidakpastian yang sering kita alami dalam hidup. Ini adalah karya yang merangsang pemikiran dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna keberadaan manusia di dunia ini.

Linus Suryadi AG
Puisi: Kemudian Senyap, Kemudian Gelap
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.