Puisi: Kepada Anakku (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Kepada Anakku" menggambarkan perasaan yang kompleks dari seorang ayah yang merenungkan kehidupannya, kehilangan yang dia rasakan, dan ...
Kepada Anakku (1)

Tiada tahukah engkau sayang,
Bunda pergi melawat negeri
Belum seorang pulang kembali,
Ninggalkan kita sepi berempat?

Mengapa engkau gelak selalu,
Mengapa bergurau tiada ingat?
Pada muka tiada berkesan,
Pada bicara tiada bergetar

Tiada tahukah engkau sayang,
Tiada insyaf tiada ngerti
Bunda pergi tiada kembali?
Mengapa bicara sebijak itu,
Mengapa tertawa gelak selalu?
Air mata pilu kutelan.
23 April 1935

Kepada Anakku (2)


Aku meninjau kembang sepatu,
Larat berkembang di seberang jalan.
Bersorai-sorai kesuma merah,
Dalam girang silau kemilau.

Daun kering gugur ke bawah,
Bunga kerisut menutup kuncup.
Siapakah yang melihat,
Siapakah yang teringat?

Sebab alam ialah hidup:
Bertempik sorak muda remaja,
Berseri bersinar tunas baru,
Sedihlah menyepi selara yang jatuh.

24 April 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Anakku" karya Sutan Takdir Alisjahbana mengungkapkan nuansa emosional dan introspektif dari seorang ayah yang merenungkan hubungannya dengan anaknya.

Bagian Pertama: Puisi dimulai dengan nada kesedihan dan kehilangan. Ayah merenungkan kepergiannya sendiri, mungkin dalam sebuah perjalanan atau pengalaman yang mengubah keadaan keluarganya. Ayah merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya, meninggalkan keluarga mereka "sepi berempat". Dia bertanya-tanya mengapa anaknya terus bergembira dan tertawa tanpa menyadari kepergian ibunya. Kesedihan dan kebingungan ayah tercermin dalam baris-baris yang penuh dengan pertanyaan retoris dan penyesalan.

Bagian Kedua: Bagian kedua puisi menampilkan pemandangan alam yang indah, yang berbeda dengan suasana hati ayah. Meskipun ayah merenungkan kehidupan dan kehilangan, alam terus bergerak maju. Dia mencermati kehidupan yang berlangsung di sekitarnya, dengan bunga-bunga yang berkembang dan dedaunan yang gugur. Ayah merenungkan keindahan alam dan mengaitkannya dengan siklus kehidupan yang terus berlanjut.

Tema Utama: Puisi ini menyoroti kontras antara perasaan manusia dan keabadian alam. Ayah merenungkan kesedihannya atas kepergian dan kehilangan, sementara alam terus bergerak maju dengan siklus kehidupannya. Ada rasa kebingungan, kesepian, dan penyesalan dalam penggalan pertama, sementara penggalan kedua mencerminkan keindahan alam yang tetap berlanjut meskipun manusia mengalami penderitaan.

Puisi "Kepada Anakku" menggambarkan perasaan yang kompleks dari seorang ayah yang merenungkan kehidupannya, kehilangan yang dia rasakan, dan kontrasnya dengan keabadian alam. Puisi ini adalah sebuah penggambaran yang mengharukan tentang perasaan manusia yang rapuh di hadapan kekuatan alam yang tak terbatas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta perjalanan emosional dalam kehidupan.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Kepada Anakku
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.