Sumber: Lagu Pemacu Ombak (1978)
Analisis Puisi:
Puisi "Lagu Harapan" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan perjuangan dan harapan yang tegar meskipun dalam kondisi yang sulit.
Simbolisme Angklung: Angklung dalam puisi ini menjadi simbol perjuangan dan harapan. Meskipun tukang angklung papa mengalami kesulitan dan keterpurukan, angklungnya tetap berbunyi dengan nyaring dan penuh semangat. Ini mencerminkan kemampuan manusia untuk tetap berharap dan berjuang meskipun dalam kondisi yang sulit.
Kesetiaan terhadap Harapan: Meskipun keadaan tukang angklung papa suram dan penuh penderitaan, dia tetap setia menyuarakan lagu harapannya di setiap tempat yang dia kunjungi. Hal ini menunjukkan kegigihan dan keteguhan hati dalam mempertahankan harapan meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Perubahan yang Tetap: Meskipun lagu harapan dinyanyikan berulang kali di setiap tempat yang dikunjungi, tidak ada perubahan yang terjadi. Ini mungkin mencerminkan ketidakpastian dalam kehidupan dan ketidakmampuan untuk mengubah nasib, meskipun ada usaha yang dilakukan.
Keindahan dalam Kesederhanaan: Meskipun tukang angklung papa hidup dalam kemiskinan dan kesulitan, puisi ini menyoroti keindahan dan kekayaan dalam kesederhanaan serta kegigihan dalam mempertahankan harapan dan semangat.
Puisi "Lagu Harapan" merupakan perwakilan dari semangat dan ketabahan manusia dalam menghadapi kesulitan dan keterpurukan. Melalui simbolisme angklung dan gambaran tukang angklung papa, Alisjahbana menggambarkan pentingnya kegigihan, kesetiaan terhadap harapan, dan keindahan dalam kesederhanaan. Puisi ini menginspirasi pembaca untuk tetap berharap dan bertahan dalam menghadapi cobaan kehidupan.
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
- Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
- Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
- Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.