Puisi: Segala Raja di Dunia (Karya Arifin C. Noer)

Puisi "Segala Raja di Dunia" karya Arifin C. Noer menekankan bahwa kekuasaan yang tidak terkendali dan tirani harus dihindari, dan bahwa sejarah ...
Segala Raja di Dunia


Segala raja di dunia akan turun tahta
tanpa kecuali; apa pula yang bernama tirani

Lantaran itulah sejarah selalu menegur kita
Agar ukuran singgasana berdasar ukuran manusia
Semakin tinggi kita duduk, semakin jauh kita dengan bumi
(Hukum besi yang tak bisa dipungkiri!)
Ada pun yang paling ngeri pabila tiba rasa asing pada diri sendiri
maka tertib pun sirnalah, karna fitrah insani kita ganti
dengan ambisi, sesuatu yang menjunjung kita dengan tamasya lapisan mega
sesuatu yang tanpa kita insyafi, juga akan membuat kubur bagi kita
sesuatu yang tanpa kita insyafi, menggerakkan semangat sukma, yang bersikeras menamatkan cerita kita

Creon, Caligula, Nero, Macbeth, Hitler ..... barisan nama-nama
yang tak pernah ada ujungnya selama sejarah kita. Kian lama
kian sempurnalah sejarah berkata dan mengajar kita
Kian teranglah cahaya yang dibangunnya untuk menunjukkan kita yang sebenarnya.

Segala raja di dunia akan turun tahta
tanpa kecuali, apa pula yang bernama tirani
Dan selalu saja Tuhan memberikan kita keleluasaan
untuk menumpasnya sendiri!


Sumber: Horison (Desember, 1966)

Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk sastra yang memungkinkan penyair untuk merenungkan berbagai aspek kehidupan, termasuk kekuasaan, tanggung jawab, dan sejarah manusia. Dalam puisi "Segala Raja di Dunia" karya Arifin C. Noer, kita disajikan dengan pandangan kritis tentang kekuasaan dan peringatan akan tanggung jawab manusia terhadapnya.

Kekuasaan dan Tirani: Puisi ini dibuka dengan pernyataan kuat bahwa semua raja di dunia akan turun tahta, dan diikuti dengan pertanyaan retoris, "tanpa kecuali; apa pula yang bernama tirani?" Penyair mengecam tirani, yaitu pemerintahan otoriter dan kejam, yang sering terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia. Pesan ini mengingatkan kita akan bahaya dari kekuasaan yang tidak terkendali.

Tanggung Jawab Manusia dan Sejarah: Puisi ini juga menekankan pentingnya memahami sejarah dan memetik pelajaran dari pengalaman masa lalu. Penyair mengatakan bahwa sejarah "selalu menegur kita" dan mendorong kita untuk menilai ukuran kekuasaan berdasarkan ukuran kemanusiaan. Pemakaian singgasana dan posisi tinggi sebagai simbol kekuasaan juga digunakan untuk menggambarkan pemisahan yang semakin jauh dari realitas bumi.

Bahaya Ambisi yang Tidak Terkendali: Penyair mengungkapkan peringatan tentang bahaya ambisi yang tidak terkendali. Ambisi yang tidak terbatas dan ketidaksadaran kita terhadap dampaknya dapat menjadikan kita asing pada diri sendiri. Ambisi semacam ini juga bisa memunculkan "tamasya lapisan mega," yang menyebabkan kita menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya.

Ketika Rasa Asing Muncul: Puisi ini mengingatkan kita bahwa kita harus berhati-hati ketika merasa asing pada diri sendiri. Ketika kita kehilangan kesejatian dan nilai-nilai kemanusiaan, kita dapat bergerak menuju pemahaman yang salah tentang kekuasaan dan hakikat kehidupan. Puisi ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam tindakan dan pemikiran kita.

Puisi "Segala Raja di Dunia" karya Arifin C. Noer adalah sebuah pengingat tentang kekuasaan, tanggung jawab manusia, dan sejarah. Penyair menekankan bahwa kekuasaan yang tidak terkendali dan tirani harus dihindari, dan bahwa sejarah adalah guru yang berharga yang bisa memberi kita pelajaran tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup. Puisi ini menciptakan gambaran tentang pentingnya kemanusiaan dan menjauhi ambisi yang berlebihan dalam upaya untuk memahami dunia dan diri sendiri dengan lebih baik.

Puisi Arifin C. Noer
Puisi: Segala Raja di Dunia
Karya: Arifin C. Noer

Biodata Arifin C. Noer:
  • Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
  • Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
  • Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.