Puisi: Air Mata Aceh (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Air Mata Aceh" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan penderitaan dan ketahanan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai cobaan sejarah ...
Air Mata Aceh

Mendengar namamu saja
Sudah menitik air mata
Sebab, sepanjang sejarahmu adalah luka

Pada masa Cut Nya
Peluru Belanda mengharu birumu
Pada masa merdeka
Peluru GAM dan serdadu melukai dadamu
Pada tubuhmu yang lunglai
Orde baru menyedot sumsum tulangmu
Dan kini gempa dan tsunami
Meluluh-lantakkanmu

Mendengar namamu saja
Sudah menitik air mata
Karena tiap tarikan nafasmu
adalah derita

Pada mayat-mayat yang berserakan
Kutorehkan sajak-sajak pedihku
Namun semilyar kata pun
Tak cukup mencatat tangismu.

Jakarta, Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Air Mata Aceh" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah penggambaran yang mendalam tentang penderitaan yang dialami oleh Aceh, terutama dalam konteks sejarahnya yang penuh dengan konflik dan bencana alam.

Ekspresi Kesedihan dan Penderitaan: Puisi ini mengekspresikan rasa kesedihan dan penderitaan yang mendalam atas nasib Aceh. Setiap baris puisi menciptakan gambaran tentang berbagai peristiwa tragis yang menimpa Aceh sepanjang sejarahnya, mulai dari penjajahan Belanda, konflik bersenjata antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan pemerintah Indonesia, hingga bencana alam seperti gempa dan tsunami.

Penghormatan atas Perjuangan dan Ketahanan: Meskipun puisi ini menyoroti penderitaan yang dialami oleh Aceh, namun juga mencerminkan rasa penghormatan atas perjuangan dan ketahanan masyarakat Aceh dalam menghadapi cobaan. Meskipun dilanda oleh bencana dan konflik, Aceh tetap tegar dan berjuang untuk bangkit dari puing-puingnya.

Penggunaan Metafora Air Mata: Penggunaan metafora air mata dalam puisi ini menguatkan kesan kesedihan dan duka yang mendalam. Air mata di sini melambangkan derita yang dialami oleh Aceh, baik dalam bentuk fisik maupun emosional. Setiap tarikan nafas dan setiap detik kehidupan di Aceh dipenuhi dengan penderitaan.

Kritik Sosial dan Kemanusiaan: Puisi ini juga mengandung elemen kritik sosial dan kemanusiaan terhadap ketidakadilan dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat Aceh. Penulis dengan tegas menyoroti berbagai konflik dan tragedi yang telah merenggut banyak nyawa dan menyisakan luka yang mendalam dalam sejarah Aceh.

Peran Sastra sebagai Penghormatan dan Pengingat: Puisi ini juga merupakan penghormatan terhadap peran sastra dalam mencatat dan mengenang penderitaan suatu bangsa. Meskipun kata-kata dan sajak-sajak tidak mampu sepenuhnya menggambarkan penderitaan yang dialami, namun mereka tetap menjadi saksi bisu yang mengingatkan akan kepedihan tersebut.

Puisi "Air Mata Aceh" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya yang menyentuh dan menggugah hati, menggambarkan penderitaan dan ketahanan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai cobaan sejarah dan alam. Melalui penggunaan kata-kata yang kuat dan metafora yang mendalam, puisi ini menghormati perjuangan Aceh sambil menegaskan pentingnya untuk mengingat dan belajar dari masa lalu.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Air Mata Aceh
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.