Puisi: Ziarah Sunyi (Karya Wiratmadinata)

Puisi: Ziarah Sunyi Karya: Wiratmadinata
Ziarah Sunyi
(Mengenang sahabat-sahabat di Serambi Indonesia,
yang pergi bersama Tsunami, 26 Desember 2004)


Apakah makna sebuah pertemuan?
Sekilas cahaya di langit kelam.
Mengerlip sesaat sebelum gugur waktu.
Kita, seperti sebuah musim berputar.

Sejarah, di manakah ia bisa bertahan?
Dalam sebaris puisi dan doa lirih.
Atau sebuah prosa yang tak pernah selesai.
Juga kata, yang tak sempurna dituliskan.

Mengenangkanmu apakah nian maknanya?
Bagiku, yang tersisa dari perjalanan masygul
saat ombak-badai membawamu pergi begitu saja.
Lautan, begitu dalam menyimpan rahasia Tuhan.

Di sudut rumah kita yang telah menjelma samudra
kita pernah bergumul dalam hidup yang sengit
sampai sejarah melemparkanku ke negeri asing
sementara engkau bertahan menuntaskan pertarungan.

Kini aku menyapamu lewat bait-bait syair kelu
sebagai doa bagi ziarahku yang getir dan kelabu
semoga engkau mendengar gumam kalbuku
di atas kota kita yang menyimpan luka lautan.

Tak akan kucari lagi jejak sejarah kita yang indah
di atas puing, potret yang pecah dan reruntuhan kota
atau di atas lumpur yang tak berdaya menyimpan 
kenangan.
Tak akan kucari lagi, karena engkau telah abadi dalam 
doa.


Jakarta, 8 Februari 2004

Puisi: Ziarah Sunyi
Puisi: Ziarah Sunyi
Karya: Wiratmadinata
© Sepenuhnya. All rights reserved.