Puisi: Habiba dan Pencuri (Karya Amien Wangsitalaja)

Puisi "Habiba dan Pencuri" karya Amien Wangsitalaja memadukan keindahan bahasa dengan gambaran visual yang kuat, membawa pembaca ke dalam dunia ...
Habiba dan Pencuri (1)


Habiba, kucuri senyum kecilmu
dari dalam keseronokan rumah
yang mengunci sejarah
dan mengemas dongeng sebelum tidur
saat itu
aku masih sering melucu
mengangankan pintu kan mengurungku

Habiba, aku telah meraba jendela
saat kuhirup aroma bibir mempelai
yang mengingatkanku pada hujan
yang tak mungkin bisa ditahan

Habiba, barangkali delik matamu
tepat menghunjam di jantung sufiku
tapi sempatkah kaukenal
sederhananya angan pencuri?


Habiba dan Pencuri (2)


Kau mengingatkanku pada mimpi
yang urung kutafsirkan kemarin malam

Begitulah, setiap kuselidik bibirmu
dengan lukisan tipis dari air ilmu
aku tergetar untuk memungut kembali
khasanah nafsu
yang pernah kusimpan di guci waktu.


Analisis Puisi:
Puisi "Habiba dan Pencuri" karya Amien Wangsitalaja adalah karya yang memadukan keindahan bahasa dengan gambaran visual yang kuat, membawa pembaca ke dalam dunia perasaan yang kompleks dan memikat.

Bagian Pertama

Keseronokan Rumah dan Sejarah: Senyum kecil Habiba dicuri dari dalam keseronokan rumah yang juga mengunci sejarah. Ini menggambarkan rumah sebagai tempat di mana kenangan dan cerita hidup bersama disimpan dan dijaga.

Dongeng Sebelum Tidur: Pemakaian istilah "dongeng sebelum tidur" memberikan nuansa kehangatan dan keintiman dalam hubungan. Seakan-akan, Habiba adalah bagian dari narasi yang membentuk mimpi dan kenangan yang manis.

Melucu dan Mengangankan Pintu: Kata-kata "melucu" dan "mengangankan pintu" menciptakan suasana humor dan keakraban. Pencantuman "mengurungku" menggambarkan bagaimana rumah juga bisa menjadi penjara bagi sebagian orang.

Bagian Kedua

Mimpi yang Urung Tafsir: Pada bagian ini, penulis merujuk pada Habiba sebagai sumber inspirasi seperti mimpi yang sulit diartikan. Ini menunjukkan kompleksitas perasaan dan misteri yang terkandung dalam hubungan.

Lukisan Tipis dari Air Ilmu: Penggambaran bibir dengan "lukisan tipis dari air ilmu" memberikan gambaran seni dan keindahan, sekaligus menyoroti bahwa kebijaksanaan atau pemahaman tentang cinta tidak selalu dapat dijelaskan dengan kata-kata.

Kembali Khasanah Nafsu: Kata-kata ini merujuk pada memungut kembali keinginan atau gairah yang pernah disimpan di masa lalu. Ini menunjukkan bahwa melalui kehadiran Habiba, penulis merasa terdorong untuk menggali kembali perasaan yang pernah terlupakan.

Puisi "Habiba dan Pencuri" tidak hanya menciptakan gambaran yang indah dan puitis, tetapi juga membuka jendela ke dalam perasaan dan pemikiran yang rumit. Amien Wangsitalaja menggunakan bahasa yang kaya untuk menyampaikan keintiman dan keindahan dalam hubungan, menjadikan karyanya bermakna dan dapat dirasakan oleh pembaca.

Puisi
Puisi: Habiba dan Pencuri
Karya: Amien Wangsitalaja
© Sepenuhnya. All rights reserved.