Puisi: Mantra Pergi (Karya Aprinus Salam)

Puisi "Mantra Pergi" mengajak pembaca untuk merenung tentang arti perjalanan, kehadiran kekasih, dan kebebasan dalam mencari jalan hidup yang penuh ..
Mantra Pergi


Kekasih, apakah ini jalan
Jalan apakah ini

Termangu di kursi pinggir taman
Mengingat peta, tertulis namamu

Di atas kertas bergambar
Mengikuti garis coretanmu
Tak berpensil
Tak berpagar
Tak berpintu

Kekasih, bukan maksud menyusuri
Jika tak batas jalan setapak

Setiap langkah, menuju dirimu
Tak ada sesat


Analisis Puisi:
Puisi "Mantra Pergi" karya Aprinus Salam adalah suatu karya yang penuh dengan refleksi, kerinduan, dan perjalanan spiritual. Puisi ini menyajikan gambaran perjalanan batin yang dilukiskan melalui pengalaman mencari jalan dan meresapi kenangan.

Pencarian Jalan dan Pertanyaan Eksistensial: Puisi dibuka dengan pertanyaan eksistensial, "Kekasih, apakah ini jalan / Jalan apakah ini." Ungkapan ini menciptakan atmosfer misteri dan kebingungan, menyoroti pencarian makna hidup atau arah dalam perjalanan spiritual.

Ruang Meditasi dan Ingatan: Puisi melibatkan gambaran seorang individu yang duduk "di kursi pinggir taman" dan merenung. Keadaan ini menciptakan ruang meditasi, tempat di mana pemikiran dan ingatan dapat terpancar. Penggunaan kata "termangu" memberikan nuansa refleksi yang dalam.

Peta dan Jejak Kenangan: Puisi melibatkan penggunaan metafora peta yang mencerminkan jejak kenangan. Kata-kata "Mengingat peta, tertulis namamu" menyoroti adanya jejak-jejak perjalanan bersama yang terekam dalam memori, seakan-akan diabadikan pada peta kenangan.

Karya Seni Tanpa Pembatas: Penggambaran peta yang "Tak berpensil, Tak berpagar, Tak berpintu" menciptakan gambaran seni yang bebas dan tidak terbatas. Tanpa pembatasan, puisi ini menggambarkan kerinduan untuk menjelajahi kebebasan ekspresi, sejauh dan sebebas-bebasnya.

Takdir Setapak dan Kehadiran Kekasih: Penyair menyinggung tentang takdir setapak dengan ungkapan "Jika tak batas jalan setapak." Puisi menggambarkan setiap langkah sebagai perjalanan menuju kekasih, menciptakan citra cinta yang terwujud dalam perjalanan spiritual yang tak ada sesat.

Puisi Sebagai Ekspresi Rasa Rindu: Puisi ini menyiratkan rasa rindu melalui kata-kata "Setiap langkah, menuju dirimu." Perjalanan fisik seakan-akan menjadi perjalanan batin menuju kekasih yang diidamkan.

Ketidakberadaan Sesat: Penutup puisi yang menyatakan, "Tak ada sesat," memberikan pesan bahwa setiap langkah yang diambil dalam pencarian makna atau cinta memiliki tujuan yang jelas dan tidak akan membawa ke sesat.

Puisi "Mantra Pergi" tidak hanya sekadar puisi, tetapi juga perjalanan spiritual yang terlukis dengan indah melalui kata-kata. Aprinus Salam dengan indahnya menggambarkan pencarian makna, rindu, dan kebebasan dalam sebuah perjalanan yang tak terbatas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti perjalanan, kehadiran kekasih, dan kebebasan dalam mencari jalan hidup yang penuh makna.

Puisi
Puisi: Mantra Pergi
Karya: Aprinus Salam
© Sepenuhnya. All rights reserved.