Puisi: Poesie Progressie (Karya Arahmaiani)

Puisi "Poesie Progressie" menghadirkan gambaran kehidupan modern yang gila, di mana rasionalitas terbelenggu, teknologi dijunjung tinggi, dan ....
Poesie Progressie

Di dunia edan
Pemikiran rasio diberhalakan
Teknologi diimani
Progresi kata kunci
Puisi mati

Penyair
Sakit jiwa
Seperti Hamlet
Ditinggal mati bapak
Dikhianati ibunda.

Hamburg, 1992

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Poesie Progressie" karya Arahmaiani menghadirkan gambaran kehidupan modern yang "edan" (gila), di mana rasionalitas terbelenggu, teknologi dijunjung tinggi, dan progresi dianggap sebagai kata kunci yang mendominasi segala aspek kehidupan. Melalui ekspresi yang tajam, puisi ini mengkritik dehumanisasi dan dampak negatif modernitas terhadap manusia.

Kritik terhadap Dunia Modern dan Teknologi: Puisi "Poesie Progressie" membawa pembaca ke dalam "dunia edan" di mana pemikiran rasional diberhalakan dan teknologi dianggap sebagai objek pemujaan. Puisi ini mencerminkan kritik terhadap kemajuan teknologi yang sering kali membawa dampak dehumanisasi dan kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.

Progresi sebagai Kata Kunci dan Kematian Puisi: Dengan menyatakan bahwa "progresi" adalah kata kunci, puisi ini menyiratkan bahwa kemajuan dan perkembangan yang diinginkan oleh masyarakat modern dapat mematikan kehidupan batin, termasuk seni dan puisi. Puisi dianggap mati dalam konteks yang dikuasai oleh obsesi terhadap progresi.

Penyair sebagai Simbol Sakit Jiwa dan Kesepian Seperti Hamlet: Penyair dalam puisi ini diibaratkan sebagai simbol sakit jiwa, menyerupai karakter Hamlet dalam karyanya. Pemilihan Hamlet sebagai perbandingan menunjukkan perasaan kesepian, kehilangan, dan pengkhianatan yang dialami oleh para penyair dalam dunia yang terus berubah ini.

Rasio yang Diberhalakan dan Dukungan terhadap Teknologi: Puisi menyoroti bahwa dalam dunia edan ini, pemikiran rasional sering kali diabaikan atau "diberhalakan." Dukungan yang berlebihan terhadap teknologi dan progresi dapat menghasilkan kerugian besar dalam pemahaman dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Puisi sebagai Cermin Kehidupan dan Penderitaan Pribadi: Dengan merinci penderitaan penyair yang mencerminkan penderitaan Hamlet, puisi ini juga menyuarakan penderitaan pribadi dan pengalaman dalam menghadapi perubahan zaman yang tidak selalu menguntungkan dan dapat menyakitkan.

Bahasa yang Menggugah dan Simbolisme yang Kuat: Pemilihan kata-kata yang kuat dan bahasa yang menggugah menegaskan ketajaman kritik terhadap dunia modern. Simbolisme yang kuat, seperti Hamlet dan kematian puisi, memberikan kedalaman pada makna puisi ini.

Puisi "Poesie Progressie" tidak hanya sebuah puisi, melainkan juga kritik tajam terhadap dunia modern yang sering kali terlalu terpaku pada progresi dan teknologi. Arahmaiani menggunakan puisi ini sebagai alat untuk menyuarakan keprihatinan terhadap dehumanisasi dan dampak negatif yang mungkin timbul dari obsesi kita terhadap kemajuan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keseimbangan antara progresi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Arahmaiani
Puisi: Poesie Progressie
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.