Puisi: Seorang Guru di Pelosok (Karya Aprinus Salam)

Puisi "Seorang Guru di Pelosok" karya Aprinus Salam menggambarkan kehidupan seorang guru di sebuah desa terpencil dengan gaya sederhana dan penuh ...
Seorang Guru di Pelosok


Hidupku kecil, ruang gerakku kecil, sekolahku kecil,
kelasku kecil, tubuhku kecil, muridku kecil-kecil,
pada sebuah desa terpencil.

Jika malam, kehidupan lilin berapi kecil, kubuka
buku pelajaran untuk persiapan kecil-kecilan.
Tidak larut tidurku, takut tubuhku kurus mengecil.

Aku masak nasi pada sebuah periuk kecil, kupanaskan
sayur dalam panci kecil.

Segera aku melangkah cepat dalam langkah-langkah
kecil ke sekolahku yang kecil. Kusapa muridku yang kecil-
kecil.

Kubuka pelajaran sejarah. Aku pun berkisah tentang
sebuah bangsa besar yang dijajah negara kecil.
Muridku yang kecil-kecil menggangguk kecil.

Selesai sekolah, aku bergegas pulang, dengan langkah
yang kecil-kecil, menuju rumahku yang kecil.

Siang menjelang sore, aku membersihkan rumah dan
mengerjakan pekerjaan lainnya yang kecil-kecil. Sore,
aku mandi dalam sebuah kamar mandi kecil.

Kembali malam, kulakukan refleksi kecil. Kusadari nyaliku
yang kecil. Juga sisa hidupku yang mengecil.

Kini umurku tak lagi kecil, tapi hidupku kecil, ruang
gerakku kecil. Kalau nanti aku mati, aku membutuhkan
sebidang tanah yang kecil.


Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Guru di Pelosok" karya Aprinus Salam menggambarkan kehidupan seorang guru di sebuah desa terpencil dengan gaya sederhana dan penuh makna.

Tema dan Konteks Sosial: Puisi ini mencerminkan tema kehidupan sederhana di pelosok desa. Guru sebagai tokoh utama menjadi representasi kehidupan di wilayah terpencil yang seringkali diabaikan oleh masyarakat perkotaan. Konteks sosial desa, yang dihadapi oleh guru dan murid-muridnya, membentuk dasar cerita puisi.

Simbolisme "Kecil": Penggunaan kata "kecil" menjadi simbol utama dalam puisi ini. Segala aspek kehidupan, seperti ruang gerak, sekolah, kelas, tubuh, murid, periuk, panci, langkah-langkah, dan kamar mandi, disebutkan sebagai "kecil." Simbolisme ini mewakili keterbatasan dan sederhana dalam kehidupan di desa, serta mungkin merujuk pada kurangnya perhatian terhadap wilayah pedesaan.

Keseharian Guru di Desa: Penulis dengan jelas menampilkan rutinitas harian guru di desa tersebut. Mulai dari persiapan pelajaran, kegiatan memasak, mengajar murid-murid kecil, hingga pekerjaan rumah tangga lainnya. Puisi ini menciptakan citra kehidupan sehari-hari yang sederhana namun penuh makna.

Refleksi Hidup yang Sederhana: Guru tersebut melakukan refleksi kehidupan pada malam hari. Refleksi ini menyoroti nyalinya yang kecil, dan sisa hidup yang semakin mengecil. Hal ini menggambarkan kesadaran akan keterbatasan dan sederhananya kehidupan, yang mungkin kurang dihargai oleh banyak orang.

Pesan Kritis tentang Pengabaian Desa: Melalui cerita sederhana tentang seorang guru di pelosok, puisi ini mengandung pesan kritis tentang pengabaian kehidupan di desa dan peran penting guru dalam membimbing anak-anak di sana. Penekanan pada "kecil" sebagai simbol juga dapat menyoroti perlunya perhatian dan pembangunan di wilayah terpencil.

Puisi "Seorang Guru di Pelosok" membawa pembaca ke dalam kehidupan sederhana di desa, memakai bahasa yang sederhana pula. Dengan tema dan simbolisme yang kuat, Aprinus Salam berhasil menggambarkan realitas kehidupan yang seringkali terlupakan di wilayah terpencil, sekaligus mengeksplorasi makna dan peran seorang guru di dalamnya.

Puisi
Puisi: Seorang Guru di Pelosok
Karya: Aprinus Salam
© Sepenuhnya. All rights reserved.