Puisi: Gerbang Malam (Karya Fitri Yani)

Puisi "Gerbang Malam" karya Fitri Yani menggambarkan suasana kota pada malam hari dengan keindahan dan kegelapan yang saling melengkapi.
Gerbang Malam


langit menggugurkan daun-daun hujan yang tajam
mozaik-mozaik kota tersusun 
di sebuah lorong panjang

burung-burung hitam melintas di atas kota
orang-orang berjalan memasuki gerbang malam
mencari jejak-jejak musim dan cuaca
sebelum pintu-pintu fajar terbuka

bersama cerita para saudagar
dan lampu kuning kenanga
aku berjalan melintasi mereka
melewati sapaan-sapaan pedagang cina 
mencium aroma masakan melayu 
memandang lukisan kota yang berwarna biru

di bawah cahaya lampu
kau menengadah
betapa lega setelah upacara, katamu
sambil mengenang sisa-sisa gemuruh pantai 
dan potret matahari tenggelam

bayangan pohon memanjang  

bermacam bentuk bunga kau lukis 
di punggung tanganku
adakah getar yang singgah ketika cahaya samar
menimpa wajah kita di tepi jalan itu

lampu-lampu mulai padam
kau bergegas pulang ke rumah
dan aku terdiam memandang purnama
malam gugur dan aku merasa akan terpisah dari semuanya

"demikianlah pertemuan
ia hidup di dalam peristiwa, di dalam foto dan benda-benda".


Perak-Malaysia, 17 Desember 2012

Sumber: Lampung Post (edisi 21 April 2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Gerbang Malam" karya Fitri Yani menggambarkan suasana kota pada malam hari dengan keindahan dan kegelapan yang saling melengkapi.

Lingkungan Kota Malam Hari: Puisi ini dibuka dengan gambaran langit yang menggugurkan daun-daun hujan yang tajam, memberikan citra malam yang penuh keindahan dan misteri. Mozaik-mozaik kota yang tersusun di lorong panjang menciptakan gambaran yang kuat tentang keramaian dan keragaman kehidupan malam.

Gerbang Malam sebagai Metafora: Gerbang malam menjadi pusat perhatian dalam puisi ini. Orang-orang memasuki gerbang malam, mencari jejak-jejak musim dan cuaca sebelum pintu-pintu fajar terbuka. Ini bisa diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya, mungkin dari malam ke pagi atau dari satu fase kehidupan ke fase berikutnya.

Citra Nusantara dan Kehidupan Kota: Puisi ini menciptakan citra yang kaya mengenai kehidupan kota. Deskripsi burung-burung hitam melintas di atas kota, interaksi dengan saudagar, lampu kuning kenanga, dan aroma masakan Melayu memberikan sentuhan lokal dan kultural yang memperkaya pengalaman membaca.

Ragam Tokoh dan Pengalaman: Para saudagar, pedagang Cina, dan pengalaman mencium aroma masakan Melayu memberikan kedalaman dan kompleksitas pada suasana kota. Puisi ini bukan hanya menggambarkan pemandangan fisik, tetapi juga menggambarkan interaksi sosial dan pengalaman personal.

Makna pada Saat Purnama: Purnama menjadi momen refleksi dalam puisi ini. Pada saat lampu-lampu mulai padam, pelaku puisi memandang purnama dengan perasaan akan terpisah dari semuanya. Ini dapat diartikan sebagai momen introspeksi atau perasaan terpisah dari realitas sehari-hari.

Mengenang Keindahan dan Kepergian: Pengenangan terhadap gemuruh pantai dan matahari tenggelam menambah dimensi emosional pada puisi. Potret keindahan alam menjadi pelengkap kehidupan kota yang sibuk.

Pertemuan dalam Peristiwa dan Objek: Puisi ini menyampaikan gagasan bahwa pertemuan hidup dalam peristiwa, foto, dan objek. Hal ini menyoroti makna mendalam yang dapat ditemukan dalam setiap momen dan objek dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi "Gerbang Malam" tidak hanya merayakan keindahan fisik kota malam, tetapi juga menyelami kehidupan sosial dan emosional di dalamnya. Dengan penggunaan bahasa yang indah dan imajinatif, Fitri Yani berhasil menggambarkan kompleksitas dan keindahan kehidupan malam dalam puisinya.

Fitri Yani
Puisi: Gerbang Malam
Karya: Fitri Yani

Biodata Fitri Yani:
  • Fitri Yani lahir pada tanggal 28 Februari 1986 di Liwa, Lampung Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.