Analisis Puisi:
Puisi "Karma Pembunuh Sumpah" karya A. Munandar merupakan karya yang menggambarkan perjalanan emosional dan pertemuan kembali antara dua individu setelah sebelumnya berpisah dengan sumpah untuk tidak pernah kembali. Puisi ini membawa pembaca melalui perasaan rindu, pertanyaan, dan akhirnya kesadaran bahwa takdir atau "karma" mungkin memainkan peran dalam pertemuan kembali mereka.
Tidak Perlu Bergerak: Puisi dimulai dengan menyatakan bahwa ada sesuatu yang menunggu di luar sana, bahkan jika individu tersebut tidak pernah bergerak. Ini menggambarkan kekuatan takdir atau nasib yang dapat membawa dua orang kembali bersama tanpa peduli pada upaya mereka untuk menghindarinya. Meskipun individu-individu tersebut mungkin mencoba menjauh, nasib atau karma mereka mengarahkan mereka untuk bertemu lagi.
Pertemuan Kembali: Puisi kemudian berpindah ke deskripsi pertemuan kembali antara dua individu ini. Salah satunya menangis dan menghapus air mata dengan "kosakata selamat tinggal," yang mungkin merujuk pada kata-kata perpisahan sebelumnya. Pembicara lainnya berdiam kaku, meratapi perpisahan yang tidak memiliki alasan yang lengkap.
Sumpah dan Karma: Puisi mengeksplorasi gagasan tentang sumpah yang diucapkan sebelumnya dan bagaimana karma mungkin berperan dalam membawakan mereka kembali bersama. Kalender yang "mendinding" mereka mungkin merujuk pada waktu yang menghantar pertemuan kembali ini. Gagasan bahwa ada sesuatu yang harus ditanyakan pada hati sebelum mereka meninggalkan tempat ini lagi menunjukkan keraguan dan kebingungan tentang nasib mereka yang dapat mempengaruhi keputusan mereka selanjutnya.
Pesan Utama: Puisi ini menggambarkan perasaan campuran rindu, keraguan, dan perjumpaan kembali antara dua individu setelah perpisahan dengan sumpah. Ada penekanan pada kekuatan karma atau takdir yang dapat membawa dua orang kembali bersama meskipun usaha mereka untuk menghindarinya.
Puisi "Karma Pembunuh Sumpah" karya A. Munandar adalah puisi yang merangkum perasaan pertemuan kembali antara dua individu setelah perpisahan dengan sumpah. Puisi ini menggambarkan perasaan rindu, pertanyaan, dan pertimbangan tentang nasib atau karma yang mungkin memainkan peran dalam pertemuan mereka.
Karya: A. Munandar