Puisi: Lelaki Tua (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Lelaki Tua" menciptakan suasana yang gelap dan misterius dengan menggunakan gambaran-gambaran yang kuat. Melalui konflik dan refleksi, ...
Lelaki Tua


sorot mata lelaki tua itu
menikam mataku bertubi-tubi
bulan sabit  penuh bercak darah
pohon kamboja gugur bunganya
angin sekarat bersuir
pondok tuak retak

dekat candi tua
kusembunyikan mataku
dari sihir mata rabun
lelaki uban

aku ngeri tatapanmu!

dulu mungkin kau dan aku
lahir sebagai seteru
dari dua kerajaan 
yang berebut kekuasaan

baik. baiklah!
kita sudahi perseteruan ini
tak peduli kau penganut ilmu hitam
aku hadapi kau dengan segala pasrah


1997

Analisis Puisi:
Puisi "Lelaki Tua" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah karya yang penuh dengan elemen misteri, konflik, dan refleksi kehidupan.

Imaji yang Kuat: Puisi ini diawali dengan imaji yang sangat kuat melalui sorot mata lelaki tua. Mata yang menikam dan bulan sabit penuh bercak darah menciptakan suasana misteri dan ketegangan. Imaji-ini menciptakan suasana yang gelap dan penuh konflik.

Simbolisme Bunga Kamboja: Gugurnya bunga kamboja diiringi dengan angin sekarat bersuir memberikan nuansa penuh symbolisme. Bunga kamboja sering kali melambangkan keindahan, dan kehilangan bunga tersebut bisa mencerminkan kehilangan keindahan atau kedamaian.

Retaknya Pondok Tuak: Deskripsi tentang pondok tuak yang retak dapat diartikan sebagai gambaran tentang kerapuhan atau keretakan dalam hidup. Hal ini mungkin mencerminkan ketidakpastian dan kerentanan dalam perjalanan kehidupan.

Candi Tua dan Mata Rabun: Keberadaan candi tua sebagai tempat perlindungan dari sihir mata rabun menambahkan elemen misteri. Pilihan untuk menyembunyikan mata dari sihir menciptakan gambaran perlindungan diri dari pengaruh negatif.

Konflik dan Perdamaian: Puisi menyentuh tema konflik yang terjadi di masa lalu antara dua kelompok atau individu. Namun, pada akhirnya, ada seruan untuk mengakhiri perseteruan dan menerima keadaan dengan pasrah.

Refleksi tentang Perseteruan: Ada refleksi terhadap kemungkinan adanya perseteruan atau ketegangan antara lelaki tua dan penyair. Namun, penyair menunjukkan sikap yang lebih bijaksana dengan sikap pasrah.

Sikap Pasrah: Sikap pasrah pada akhir puisi menciptakan perasaan penerimaan terhadap takdir atau kenyataan hidup. Ini mungkin juga merupakan panggilan untuk mencari kedamaian dan menyelesaikan konflik dengan sikap bijak.

Puisi "Lelaki Tua" menciptakan suasana yang gelap dan misterius dengan menggunakan gambaran-gambaran yang kuat. Melalui konflik dan refleksi, penyair membawa pembaca untuk merenung tentang kerentanan hidup, konflik, dan pentingnya menerima kenyataan dengan sikap bijak.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Lelaki Tua
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.