Puisi: Surat dari Neraka (Karya F. Rahardi)

Puisi "Surat dari Neraka" karya F. Rahardi membawa pembaca melintasi garis tipis antara harapan, kekecewaan, ironi, dan ketidakpastian dalam ....
Surat dari Neraka


(sepucuk surat telah dikirim oleh  seorang istri yang sudah mati
kepada suaminya yang masih hidup dan sedang sibuk makan nasi goreng
di sebuah warung cina)

mas, kata surat itu dengan manja
setibaku di neraka
aku jadi bingung
aku sangat sengsara tapi kesengsaraan itu tak dapat kurasakan lagi
karena aku tak dapat membandingkannya dengan kebahagiaan
dengan kesenangan
maaf mas
apakah anda dapat menangkap maksud kata-kataku?
kata-kata orang yang sedang dipanggang api
tapi tak kunjung merasakan panasnya?

mas, neraka itu ternyata tidak panas
tapi sangat mengecewakan
aku kecewa
kecewa sekali

dulu, ketika kita masih pacaran
kubayangkan neraka itu tempat yang hiruk pikuk
penuh dengan setan roh-roh jahat dan sukma yang disiksa
ditusuk dibacok digebuk dibakar
dulu kubayangkan neraka itu sangat ramai
penuh dengan teriakan jeritan
itu lo seperti pada film-film horor yang sering kita tonton itu
aku senang dengan keributan kobaran api dan sadisme
ketika sakit keras dulu
aku sangat siap untuk mati
dan sangat bergairah untuk tercebur ke neraka
aku senang dengan tantangan yang dijanjikannya
tapi mas
sekali lagi kukatakan
aku sangat kecewa
aku tak dapat bertemu dengan setan-setan itu
aku tak dapat melihat kobaran api itu
aku tak diapa-apakan
sukmaku masih utuh
betul mas

(suami itu menghela napas panjang nasi goreng yang ditelannya
tersendat di kerongkongan dia melanjutkan membaca surat)

mas, bagaimana anak-anak kita?
apakah masih suka berantem?
apakah mereka masih suka ingat saya?
aku sebenarnya sangat rindu
tapi di neraka kami tak boleh cengeng
kami tak boleh rindu
kami tak boleh merindukan sesuatu
di neraka tak ada lagi istilah rindu
di neraka tak ada lagi istilah cinta
tapi aku juga tak dapat lagi membenci sesuatu
oh ya, ngomong-ngomong apakah sampeyan masih percaya
pada tuhan mas?
aku sendiri sudah tak dapat percaya lagi
tapi sekaligus aku juga tak mungkin untuk tidak percaya
di neraka tuhan bukan lagi masalah percaya atau tidak percaya
mas, kau pasti bingung lagi
baiklah
aku akan menulis yang ringan-ringan saja
yang mudah kau pahami
begini

begitu aku mati dulu
sukmaku seperti langsung dibetot dari badan
semula tekadku sudah sangat bulat
yakni ingin segera bertemu dengan setan yang pasti akan menyambutku
lalu menggiringku ke neraka
untuk disiksanya habis-habisan
tapi yang terjadi ternyata lain sama sekali
setan seperti yang ditulis dalam buku-buku itu
ternyata tak kunjung datang
dan menurut hematku setan seperti dalam buku-buku itu
sebenarnya memang tak ada

aku lalu menunggu
aku tidak lagi dapat melihat langit
aku tak lagi dapat mencium bau tanah yang mulai menyelimuti jasadku
aku tak dapat lagi mendengar bunyi angin menghempas
atau meteor bertabrakan
aku merasa tidak sedang berada di neraka
padahal aku yakin sedang berada di sana
aku juga tak mungkin dapat menceritakan keadaan yang sebenarnya
sebagaimana halnya seorang reporter tivi melaporkan
siaran pandangan mata secara langsung

sulit mas
tapi baiknya begini saja
suratku ini pasti akan bikin sampeyan jadi tambah bingung
lupakan sajalah
lupakan saja surat ini
juga jangan kau ingat-ingat lagi diri saya
kawinlah segera dengan teman sekantormu
atau dengan tetangga sebelah yang ditinggal pergi suaminya itu
dan tolong jangan katakan pada anak-anak
bahwa aku berada di neraka
katakan pada mereka
bahwa ibunya naik surga
dikawal para malaikat
pakai jubah putih
badannya bersinar-sinar
dan selalu tersenyum simpul seperti gambar-gambar dalam iklan odol
sekian
sampai jumpa di sana nanti.


1989

Analisis Puisi:
Puisi "Surat dari Neraka" oleh F. Rahardi membawa pembaca pada perjalanan ironis dan reflektif tentang pandangan seseorang yang mengirim surat dari kehidupan setelah mati, khususnya dari "neraka".

Ironi Mengenai Neraka: Puisi ini dibuka dengan ironi yang kuat tentang narasi tradisional mengenai neraka. Penyair menggambarkan kekecewaannya karena ekspektasinya tidak sesuai dengan kenyataan yang dia alami. Neraka yang diharapkan penuh dengan siksaan dan kekacauan, ternyata lebih cenderung membawa kecewa dan ketidakpuasan.

Kehidupan Setelah Kematian yang Biasa: Penyair menyajikan gambaran bahwa kehidupan setelah mati, bahkan di neraka, tidak seheboh dan seseram yang dibayangkan. Ketidakpuasannya diwakili oleh penggambaran neraka yang tidak panas dan tidak sesuai dengan imajinasi kebanyakan orang.

Rindu dan Emosi di Neraka: Melalui suratnya, sang istri yang sudah meninggal menyampaikan rasa rindu yang tak bisa diungkapkan dengan benar di neraka. Penggunaan kata "sukma masih utuh" memberikan nuansa bahwa bahkan di kondisi setelah mati, manusia masih bisa merasakan emosi dan perasaan tertentu, meskipun terbatas.

Pertanyaan tentang Tuhan dan Kepercayaan: Surat menciptakan pertanyaan filosofis mengenai keberadaan Tuhan. Sang istri menyampaikan keraguan dan kehilangan kepercayaan kepada Tuhan setelah mengalami kematian. Hal ini menciptakan kerangka pikir yang kompleks dan reflektif mengenai spiritualitas dan agama.

Perbandingan Antara Harapan dan Kenyataan: Penyair menciptakan perbandingan antara harapan awal sang istri mengenai neraka dengan apa yang dia alami setelah mati. Hal ini mengeksplorasi konsep harapan dan kenyataan yang seringkali berbeda, membawa nuansa ironi dan kekecewaan.

Penggambaran Setan dan Tantangan: Puisi menyentuh tema ekspektasi terhadap setan dan tantangan di neraka. Sang istri menggambarkan bahwa setan dan tantangan yang diharapkan tidak kunjung muncul, menciptakan pemahaman yang berbeda mengenai kehidupan setelah mati.

Nasihat Terakhir untuk Suami dan Anak-Anak: Surat ditutup dengan nasihat terakhir sang istri kepada suami dan anak-anaknya. Nasihat tersebut menciptakan ketidakpastian tentang kebenaran kondisinya dan mengarahkan pada sebuah penutup yang terbuka untuk interpretasi.

Puisi "Surat dari Neraka" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh dengan kontras. Puisi ini membawa pembaca melintasi garis tipis antara harapan, kekecewaan, ironi, dan ketidakpastian dalam konteks kehidupan setelah mati. Melalui narasi yang unik dan suara yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, kematian, dan ekspektasi yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.

Floribertus Rahardi
Puisi: Surat dari Neraka
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.