Puisi: Air Tenang (Karya Samiati Alisjahbana)

Puisi "Air Tenang" tidak hanya sebuah deskripsi tentang alam, tetapi juga sebuah undangan untuk merenungkan kehidupan, penerimaan, dan kedamaian ...
Air Tenang


Tenang, hanya kerut-kerut kecil
Terapung daun jatuh
mengikut air didorong angin
Hinggap perlahan capung
atas daun pergi lambat
Nakhoda capung di kapal daun
Tenang pergi, terus lalu

Seakan jiwa tenang pula
lemah menyerah pada keadaan ini
Tak gerak mengganggu, menerjang kesunyian
seolah puas, puas dengan ini saja
Dan semua tetap begini
Hanya dasar lumpur tiada kentara makin mendalam


Sumber: Gema Tanah Air (1948)

Analisis Puisi:
Puisi "Air Tenang" karya Samiati Alisjahbana adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran alam untuk menyampaikan pesan mendalam tentang ketenangan, penerimaan terhadap keadaan, dan keadaan jiwa yang damai. Dengan merinci adegan alam, penyair menciptakan kiasan yang kuat untuk menyampaikan makna filosofis dan introspektif.

Gambaran Alam dan Kesejukan: Puisi ini dibuka dengan deskripsi air yang tenang, dihiasi dengan "kerut-kerut kecil." Gambaran air yang tenang menciptakan atmosfer kesejukan dan ketenangan. Daun yang terapung dan capung yang lemah menyerah pada arah aliran air menggambarkan harmoni dengan alam. Ini bisa diartikan sebagai metafora untuk sikap hidup yang harmonis dan menerima takdir dengan tenang.

Simbolisme Capung dan Daun: Capung yang menjadi nakhoda di kapal daun melambangkan penguasaan atas diri sendiri dalam menghadapi arus kehidupan. Daun yang diikuti dan didorong oleh angin menciptakan gambaran tentang penerimaan terhadap nasib yang tidak dapat dihindari. Keduanya bersama-sama menciptakan representasi harmoni dan keseimbangan.

Jiwa yang Tenang: Penyair menyamakan jiwa dengan keadaan air yang tenang. Jiwa yang "puas dengan ini saja" menunjukkan sikap puas dan menerima keadaan apa adanya. Ketidakbergerakan jiwa yang tidak mengganggu kesunyian menunjukkan kedamaian batin yang dapat ditemukan melalui penerimaan dan ketenangan.

Penerimaan pada Keadaan dan Hidup: Tema utama puisi ini tampaknya menyoroti konsep penerimaan pada keadaan dan hidup. Melalui gambaran air tenang, daun, dan capung, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang kebijaksanaan menerima perubahan dan tantangan dalam hidup dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

Permanen dan Sementara: Puisi ini juga menggarisbawahi ketidakpastian dan sementara kehidupan dengan menyebutkan "dan semua tetap begini." Ini bisa diartikan sebagai pengingat bahwa segala sesuatu dalam hidup bersifat sementara, bahkan ketenangan dan keadaan yang terlihat stabil.

Bahasa yang Simpel namun Dalam: Pemilihan kata-kata yang sederhana namun penuh dengan makna menciptakan keindahan dalam kesederhanaan. Penyair berhasil menyampaikan pesan filosofis dengan bahasa yang dapat dijangkau oleh berbagai lapisan pembaca.

Puisi "Air Tenang" tidak hanya sebuah deskripsi tentang alam, tetapi juga sebuah undangan untuk merenungkan kehidupan, penerimaan, dan kedamaian batin. Puisi ini memberikan pengalaman membaca yang mendalam dan merangsang pemikiran.

Samiati Alisjahbana
Puisi: Air Tenang
Karya: Samiati Alisjahbana

Biodata Samiati Alisjahbana:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Samiati Alisjahbana.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Samiati Alisyahbana.
  • Samiati Alisjahbana lahir di Jakarta, pada tanggal 15 Maret 1930.
  • Samiati Alisjahbana meninggal dunia di Honolulu, Hawaii, pada tanggal 15 Agustus 1966 (pada umur 36 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.