Analisis Puisi:
Dalam puisi "Kemang", Wayan Jengki Sunarta menghadirkan suatu nostalgia dan refleksi tentang suatu tempat yang menjadi saksi bagi banyak kenangan. Puisi ini membawa pembaca dalam perjalanan emosional dan spiritual di jalanan yang dulu menjadi saksi sejumlah peristiwa yang beragam.
Keinginan untuk Berbagi Kenangan: Penyair menunjukkan hasratnya untuk merayakan atau menyimpan kenangan dari jalanan. Ada keinginan yang kuat untuk merangkul segala yang pernah terjadi, bahkan jika itu disertai dengan dosa, karena hal itu adalah bagian dari perjalanan hidup.
Perjalanan dalam Kesendirian: Penyair menggambarkan perjalanan dalam kesendirian dan perenungan tentang tempat tersebut. Jalanan, seperti metafora kehidupan, penuh dengan berbagai karakter dan cerita yang berbeda, dari pesolek kota hingga gelandangan, pengamen hingga pelacur tua. Namun, dalam keramaian itu, kesendirian dirasakan dan diakui dalam suasana laron yang terus bergerak mencari cahaya dalam kegelapan.
Pertanyaan Spiritual: Dalam puisi ini, penyair menghadirkan pertanyaan tentang Tuhan yang tampaknya 'bisu', yang menjadi refleksi dari kekosongan spiritual di tengah keramaian dan kesibukan jalanan yang terlihat seolah-olah tidak peduli.
Puisi "Kemang" adalah penggambaran kehidupan di jalanan yang penuh dengan keberagaman dan juga kekosongan. Penyair mencoba merangkul kenangan, dosa, dan kesendirian di tengah kehidupan jalanan yang riuh, dengan harapan untuk menemukan cahaya dalam kegelapan dan kesunyian yang mungkin menghadirkan makna dan pemulihan. Puisi ini memperlihatkan perjalanan emosional dan spiritual penyair yang terpapar oleh berbagai wajah kehidupan di jalanan yang dulu menjadi saksi bagi banyak kisah.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
