Analisis Puisi:
Puisi “Nanjungan” karya Syamsu Indra Usman adalah sebuah karya yang memadukan keindahan kenangan dengan nilai sejarah perjuangan bangsa. Lewat penggambaran sebuah dusun terpencil, penyair menghidupkan kembali memori perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah, sekaligus meneguhkan pentingnya menjaga warisan sejarah itu agar tetap hidup di hati generasi.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kenangan sejarah perjuangan kemerdekaan di sebuah dusun yang menjadi saksi perlawanan terhadap penjajah. Puisi ini mengangkat peran tempat kecil yang punya kontribusi besar dalam perjuangan nasional.
Puisi ini bercerita tentang Dusun Nanjungan yang berada di lembah bukit campang. Dulu, dusun ini menjadi tempat strategis dalam perjuangan mengusir penjajah Belanda. Di sana, Kolonel Bambang Utoyo memimpin pasukan dengan gagah, menyusun siasat, dan membakar semangat perlawanan. Letnan Yahya Bahar, komandan Kompi Harimau Selatan, juga menggunakan dusun ini sebagai titik singgah untuk mencari dan mengirim informasi penting. Rumah panggung berdinding papan dan beratap seng yang pernah menjadi markas Bambang Utoyo kini masih berdiri, menjadi bukti sejarah yang abadi.
Makna tersirat
Makna tersiratnya adalah bahwa tempat-tempat bersejarah, sekecil apapun, menyimpan jejak perjuangan dan pengorbanan yang besar bagi bangsa. Dusun terpencil sekalipun bisa menjadi pusat semangat kemerdekaan, dan warisan sejarah itu harus dijaga agar generasi mendatang mengingat jasa para pejuang.
Suasana dalam puisi
Suasana puisi ini heroik, penuh hormat, dan bernostalgia. Ada rasa bangga sekaligus haru saat mengingat masa-masa perjuangan yang pernah berkobar di dusun tersebut.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang disampaikan adalah pentingnya menghargai, merawat, dan mewariskan sejarah perjuangan bangsa kepada generasi penerus. Pengorbanan para pejuang tidak boleh dilupakan, dan situs-situs bersejarah perlu dijaga sebagai pengingat.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual:
- “dusun yang terpencil di lembah” memunculkan gambaran tempat sunyi nan damai.
- “rumah panggung berdinding papan, beratap seng” menghadirkan citra sederhana tapi kokoh.
Imaji aksi perlawanan terlihat dari “mengatur siasat” dan “mengusir Belanda agar enyah dari bumi pertiwi”.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Metafora – “kau adalah sebuah dusun” mengibaratkan dusun sebagai sosok yang memiliki kepribadian dan sejarah.
- Personifikasi – dusun diberi sifat “pribadi anggun” dan “memeluk para pejuang”.
- Hiperbola – penegasan keberanian dan kegigihan para pejuang yang “tanpa kenal lelah” melawan penjajah.
Karya: Syamsu Indra Usman
Biodata Syamsu Indra Usman:
- Syamsu Indra Usman lahir pada tanggal 12 Oktober 1956 di Lahat, Sumatera Selatan.
