Puisi: Mazla (Karya Ahmad Faisal Imron) Mazla engkau selalu menjadi Geisha dalam setiap mimpiku aku, tentu seorang pembawa keranda yang tak mung…
Puisi: Sejak Dingin (Karya Ahmad Faisal Imron) Sejak Dingin sepasang matamu yang nyaman seakan kepanjangan lain dari musim bunga di timur kota seperti …
Puisi: Malam Dijumpai Bintang Kejora (Karya Ahmad Faisal Imron) Malam Dijumpai Bintang Kejora - Lorca malam dijumpai bintang kejora di menara kembar titik yang jatuh, tangiskah? sama lengkapnya seperti bilur-bilur…
Puisi: Piano (Karya Ahmad Faisal Imron) Piano - gereja di perbatasan kota hari yang merah semestinya tak ada gerimis mengutuk maut menetes di tepi pelipis sebetulnya hanya gerimis dan merek…
Puisi: Bahasa Laut Itu (Karya Ahmad Faisal Imron) Bahasa Laut Itu mula-mula aku melihatmu dengan amarah seperti itu kau masih juga kelabu, kau akan kehilangan diriku maka terjadilah sebua…
Puisi: Kepada Yehuda Amichai (Karya Ahmad Faisal Imron) Kepada Yehuda Amichai Di hari penebusan, 1967 itu kau menyesali semua yang tinggal debu di kota tua Yerusale…
Puisi: Di Taman-Taman (Karya Ahmad Faisal Imron) Di Taman-Taman apabila seorang pencuri tersungkur di sungai itu ia sama lusuhnya dengan ingatanku saat ini begitulah, di stasiun kelabu, pu…
Puisi: Solo (Karya Ahmad Faisal Imron) Solo tersusun di langit yang ikal warna kuning kumparan awan seseorang tak dikenal membekukan diri pada se…
Puisi: Tasik dan Sebatang Pohon (Karya Ahmad Faisal Imron) Tasik dan Sebatang Pohon bahkan di situ di antara garis lengkung, bercak-bercak kelabu orang-orang membandin…
Puisi: Maliun Hawa (Karya Ahmad Faisal Imron) Maliun Hawa setelah itu kau datang padaku membawa sebuah parodi yang tak terduga bahwa masih di kamar …
Puisi: Bentar Utara (Karya Ahmad Faisal Imron) Bentar Utara di Bentar Utara di langit yang sekuning Van Gogh kapinis menggores sebentuk tangis untukmu, y…