Puisi: Suamiku Tragedi Mei (Karya Kinanthi Anggraini) Suamiku Tragedi Mei Berhamburan ringan bagai kapas putih lugu kesana kemari bermain boneka berbaju ungu be…
Puisi: Dot (Karya Kinanthi Anggraini) Dot Larung pesan dalam botol kaca berisi setengah mili air mutiara terperangkap basah di bibir rekah memeras perah berpintas arah Di s…
Puisi: Periuk Cimanuk (Karya Kinanthi Anggraini) Periuk Cimanuk Di sinilah percik panca tirta bermuara. dari Cirebon , Indramayu dan Majalengka . tempat di mana bunga padi menemui rumput be…
Puisi: Yang Selesai Ditulis (Karya Kinanthi Anggraini) Yang Selesai Ditulis Bolehkan aku menyalakan lilin tanah yang masih basah? Agar kenangan pohon yang mencantumkan bunga dalam bayangan ta…
Puisi: Armend, Kenapa Ada Newton dan Hawking? (Karya Kinanthi Anggraini) Armend, Kenapa Ada Newton dan Hawking? Armend, apa kau ingat? derka peluit panjang abad Newton membekukan air nata di pipi basah menjadi t…
Puisi: Armend dan Newton (Karya Kinanthi Anggraini) Armend dan Newton Andai Newton tidak ada Armend apa langit akan begitu lengang saat kita naik? : tubuhmu me…
Puisi: Solo Membunuh Seraya Tersenyum (Karya Kinanthi Anggraini) Solo Membunuh Seraya Tersenyum Asap hitam mengepul di permukaan pertokoan tempat biasanya kubeli beras, gula, dan mie instan jatuh dengan ru…
Puisi: Terlarang (Karya Kinanthi Anggraini) Terlarang ( : Wiji Thukul ) Suara beradu menggelegar bersama gerak mulut menggelepar tangan-tangan yang be…
Puisi: Menanam Pasrah (Karya Kinanthi Anggraini) Menanam Pasrah Barangkali aku tak bisa bergerak ke mana untuk sekedar mendekat atau minum seadanya bagiku i…