Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Postingan

Puisi: Pergulatan Ayahku (Karya Okto Son)

Pergulatan Ayahku 'Ku diajak oleh ayahku 'tuk berjalan berduaan Ayahku diam tak berbicara Aku pun diam tak berbicara Ada apa dengan ayahku? B…

Puisi: Jangan Risaukan Aku (Karya Yanti Harbi)

Jangan Risaukan Aku jangan risaukan aku… karena aku terbiasa membenamkan wajah di lipatan tangan di atas lutut  Jangan risaukan aku… Karena aku terbi…

Puisi: Hitam Putih (Karya Novita Dina)

Hitam Putih di persimpangan warna, kita berdiri menatap garis batas antara kabut dan bayang-bayang hitam adalah jejak dosa yang kita titipkan pada ma…

Puisi: Sesal (Karya Ehfrem Vyzty)

Sesal Tak ada gunanya sesal Setelah kau menyimpan hujan Dalam mata yang berusaha keras Tetap bertahan menatap Kadang kau memaki-maki diri Mengutuk di…

Puisi: Menyusuri Lengang Hatimu (Karya Dewis Pramanas)

Menyusuri Lengang Hatimu Jalan takdir terjal bebatuan  Menggenang lubang bekas jejak hujan  Aku ingin menyusuri lengang hatimu  Pada dersik angin dan…

Puisi: Jejak Pematang (Karya Novita Dina)

Jejak Pematang senja di batas kota terbenam bersama paras rapuhnya hilang bersama buaran  sisakan rindu kenangan malam rindu tertinggal di rumpun bam…

Puisi: Kehilangan (Karya Melki Deni)

Kehilangan (1) Kehilangan adalah ketika waktu memisahkan ruang dari kita. Kehilangan (2) Kehilangan adalah ketika kesepian malam  menerobos masuk ke …

Puisi: Terbenam di Lautan Maaf (Karya Novita Dina)

Terbenam di Lautan Maaf di atas liang kubaringkan tubuhku dari amarah, sedih, kecewa pada kutuk dan kultus yang melipat mantra di jiwa maafku masih t…

Puisi: Tsunami (Karya Arafat Nur)

Tsunami (1) Seharusnya kubuat kapal besar di puncak gedung bertingkat itu tapi sebelumnya tak ada pertanda juga isyarat lainnya …
© Sepenuhnya. All rights reserved.