Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Postingan

Puisi: Untukmu Ibu Pertiwi (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Untukmu Ibu Pertiwi Ibu Pertiwi, aku pulang membawa doa terbaik untukmu. Aku mungkin jauh, tapi rinduku selalu tertanam di tanahmu. Semoga langkahku …

Puisi: Indonesia Tersenyum (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Indonesia Tersenyum Senja jatuh perlahan di garis laut selatan. Nelayan pulang membawa cerita, bukan hanya hasil tangkapan. Indonesia tersenyum bukan…

Puisi: Nama yang Hanyut (Karya HR. Bandaharo)

Nama yang Hanyut Di Pyongyang ada sebuah sungai yang banyak tau tapi diam selalu. Dalam kebisuan mengarus ke laut ini dia kudatangi. Lewat tengahmala…

Puisi: Ke Manakah Tujuan Kita, Cintaku? (Karya Leon Agusta)

Ke Manakah Tujuan Kita, Cintaku? Perjalanan semakin jauh Ke manakah tujuan kita, cintaku? Di kaki lembah tak bernama di sana kita akan istira…

Puisi: Membaca Kitab Berwujud Pohon (Karya I Nyoman Wirata)

Membaca Kitab Berwujud Pohon Ketika kubaca Denpasar Seekor burung urban menyalamiku Ini malam puncak perayaan Bulan bulat di puncak…

Puisi: Sebuah Doa untuk Malam Ini (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Sebuah Doa untuk Malam Ini Sembilan februari dua ribu dua belas, sebuah pinta dari aktivis mahasiswa jambi  "malam ini kawan, mari berdoa ag…

Puisi: Seorang Lelaki yang Menangis (Karya Mustafa Ismail)

Seorang Lelaki yang Menangis Lelakiku telah melipat jasnya, lalu menangis, sepanjang jalan ia melangkah jauh, merobek seluruh malam, tetapi …

Puisi: Aku yang Tidak Pernah Jatuh Cinta (Karya Deni Puja Pranata)

Aku yang Tidak Pernah Jatuh Cinta Aku yang tidak pernah jatuh cinta dendang pagi dari hitungan telapak jari aku yang tidak pernah jatuh cint…

Puisi: Hutan Jumprit Satu Pagi (Karya Ariadi Rasidi)

Hutan Jumprit Satu Pagi Angin bukit mengembus sejuk nyaman menerobos gerombol daun pinus mahoni reranting bergesek melantunkan simfoni pagi embun pun…
© Sepenuhnya. All rights reserved.