Postingan

Puisi: Kepada Gus Dur (Karya Gunoto Saparie)

Kepada Gus Dur mendadak kau datang sendiri di jalan pandanaran ii/10 semarang*) mengucapkan salam dan bercerita tentang demokrasi sehabis …

Puisi: Suara di Kejauhan (Karya Alex R. Nainggolan)

Suara di Kejauhan sayup-sayup, merebut malam yang tumbuh. engkau setengah berlari, menghampiri juga memunguti sepi. lalu kalung yang …

Puisi: Sebuah Kebutuhan

Sebuah Kebutuhan Membiasakan ketidakbiasaan melanjutkan ketidakjelasan dari dini, ai: kita butuh pemimpin; yang memimpin …

Puisi: Decrescendo (Karya Alex R. Nainggolan)

Decrescendo * bagaimana bisa kuhitung dengan rampung, semua kecupanmu? saat kota-kota tertenung murung. dan jendela cuaca dipenuhi as…

Puisi: Troppo (Karya Alex R. Nainggolan)

Troppo * kita pun berjalan menyimak langkah waktu memberat terus di kepalamu terlalu banyak yang diingat untuk dilupakan se…

Puisi: Langit Anyer (Karya Alex R. Nainggolan)

Langit Anyer langit anyer laut susut menjauh debur mendadak lebur bayangan kota menjadi kabur masih ada amis ikan, bau gara…

Puisi: Kuntum Hujan (Karya Alex R. Nainggolan)

Kuntum Hujan acap kaupungut kuntum hujan yang berlarian sepanjang jalan langit remang cahaya menerjang sesekali ingin kaubaw…

Puisi: ALIF BA TA (Karya Gunoto Saparie)

ALIF BA TA mengeja alif ba ta dengan gemetar suara aku memang bukan apa-apa wajah pias karena puasa …

Puisi: Mengenang Arief Budiman (Karya Gunoto Saparie)

Mengenang Arief Budiman salatiga mungkin lebih indah dari nirwana dan kau pun ingin terus di sini saja se…

Puisi: Torang yang Cahaya (Karya Alex R. Nainggolan)

Torang yang Cahaya - asykur fadhlun  ia, lelaki kecil, yang mencintai sepeda dan mobil kecilnya. atau acap meminta sebotol susu dar…
© Sepenuhnya. All rights reserved.