Puisi: Ada yang Bernyanyi (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Ada yang Bernyanyi" menggambarkan perjalanan melalui waktu, kehilangan, dan pencarian makna. Sapardi Djoko Damono memadukan elemen-elemen ....
Ada yang Bernyanyi

And of course there must be something wrong
In wanting to silence any song.
(Robert Frost)


Ada yang bernyanyi. Ada
yang tidak bernyanyi. Ada
seekor burung. Dan tak ada burung.
Kausiasati pohon itu ketika duduk
di beranda depan rumahmu.
Menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya
kembali pelahan-lahan, kaucoba menyingkirkan
kenangan: sebuah tempat tidur
yang sia-sia. Hanya dengkur.
Kaudengar ada yang bernyanyi,
kaudengar ada yang tak bernyanyi –
siapakah yang tak lagi duduk
di sebelahmu, yang mengibaskan waktu
ketika kau sadari tak ada lagi
yang masih menunggu?

Mungkin nyanyian adalah sekedar sayap
yang membawa kita terbang;
tapi ketika tak ada yang bernyanyi
kau pun menyusup dalam-dalam ke langit
mencari jejak sayap yang tak berbulu lagi.
Kau telah bangkit dari sebuah tempat tidur
yang sejak lama tak mendengar
bisik-bisik itu lagi.

Ada yang bernyanyi, mengejek rambutmu
yang kacau. Ada yang tidak bernyanyi,
tidak mengejek apa pun, juga kenangan
akan tempat tidur yang kusut,
yang tidak lagi hendak menyimpan apa pun
kecuali nyanyian burung yang meluap
setiap kali kaubuka jendela
setiap pagi. Dan tak ada yang bernyanyi.

Ada yang bernyanyi. Ada
yang tak bernyanyi. Ada yang bergerak
di pohon itu: mungkin sebuah nyanyian,
mungkin bukan sebuah nyanyian –
hanya semacam kenangan
yang mengibaskan waktu. Ada
yang bernyanyi. Ada yang tidak bernyanyi.
Ada nyanyian yang hendak kauusir
dari pohon itu pada suatu pagi.
Barangkali.


Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Ada yang Bernyanyi" karya Sapardi Djoko Damono merupakan karya yang sarat akan makna dan mendalam. Dengan bahasa yang sederhana, namun penuh warna, puisi ini mengajak pembaca merenung tentang kehadiran, perubahan, dan kenangan.

Dualitas dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini memulai dengan pernyataan sederhana, "Ada yang bernyanyi. Ada yang tidak bernyanyi." Dualitas ini menggambarkan keberagaman kehidupan sehari-hari. Ada burung yang bernyanyi dan ada yang tidak, menciptakan kontras yang mencerminkan keberlanjutan kehidupan dan perubahan dalam alam.

Pohon sebagai Metafora: Pohon yang disebutkan dalam puisi menjadi metafora kehidupan. Sasarannya adalah menggambarkan ketenangan dan introspeksi. Kesejukan pohon di beranda rumah menjadi tempat berdiam diri, menyaksikan perubahan dan kenangan, termasuk keberadaan yang telah berlalu.

Kenangan dan Tempat Tidur: Puisi menyentuh aspek kenangan, terutama melalui gambaran tempat tidur. Tempat tidur yang "sia-sia" menjadi simbol waktu yang terlewati dan keberadaan yang tak lagi hadir. Dengan menggambarkan kehampaan, puisi menyoroti siklus perubahan dalam hidup.

Nyanyian sebagai Sayap: Pemakaian metafora "sayap" dalam puisi menggambarkan nyanyian sebagai sarana kebebasan dan kehidupan yang penuh warna. Namun, ketika tak ada yang bernyanyi, penafsiran menjadi lebih dalam, menyiratkan kekosongan dan kehilangan sayap yang tak lagi terdengar.

Langit dan Jejak Sayap yang Tak Berbulu: Langit muncul sebagai simbol ketidakpastian dan pencarian. Puisi menggambarkan perjalanan ke langit untuk menemukan "jejak sayap yang tak berbulu lagi," menunjukkan kehilangan atau kekosongan yang perlu diisi dalam kehidupan.

Penggunaan Kata-Kata dan Imaji: Sapardi Djoko Damono menggunakan kata-kata dengan tepat dan efektif untuk menciptakan citra yang kuat. Pemilihan kata seperti "bisik-bisik," "nyanyian burung yang meluap," dan "mengibaskan waktu" memberikan kehidupan dan emosi pada gambaran yang dibuat dalam puisi.

Puisi "Ada yang Bernyanyi" menggambarkan perjalanan melalui waktu, kehilangan, dan pencarian makna. Sapardi Djoko Damono memadukan elemen-elemen alam, kenangan, dan perubahan dalam kesejukan dan kehangatan bahasa sastra. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang keberagaman hidup dan kehadiran yang membentuk kisah kehidupan kita.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Ada yang Bernyanyi
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.