Puisi: Jalan Bukit Bintang (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Jalan Bukit Bintang" karya Taufiq Ismail menggambarkan suasana dan kehidupan sehari-hari di suatu tempat yang sibuk, kemungkinan di sekitar ...
Jalan Bukit Bintang


Ada sesuatu jadi, perlahan tengah jalan
Ada langit. Ada tambang. Ada air. Ada hijauan
Ada leher. Ada cakar
Mata yang sayu memandangmu. Memandangku
Seorang anak tukang sate pukul duabelas malam
Berumur sebelas dan bersepatu abu-abu
Dia memandang malam di luar kafe, dia memandangku
Dia memandangmu
Suara-suara malam metropolitan
Cahaya yang melintas-lintas
Lelaki tua itu, ayahnya, atau pamannya barangkali
Sedang memadamkan bara api
Di depan kafe yang mulai sepi
Ada bayang  di jendela flat bermain
Bayang-bayang hitam, bayang-bayang nyaris ungu
Beberapa garis cahaya natrium
Dan tiga lagu Mandarin
Lelaki itu menyiram bara api
Berdesis
Daun meja kafe dari pualam
Ada sesuatu jadi, perlahan tengah jalan
Ada langit. Ada tambang. Ada air. Ada hijauan
Ada leher. Ada cakar
Bayang berlarian sepanjang pertokoan
Melompat dari jendela ke jendela
Anak tukang sate itu membenahi piring
Bayang-bayang beriring-iring
Anak itu menjulurkan lehernya
Lelaki itu mengais bara api
Yang hangus
Dan nyaris mati
Depan kafe sepi
Di sini.


1967

Sumber: Sajak Ladang Jagung (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Jalan Bukit Bintang" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah karya yang menggambarkan suasana dan kehidupan sehari-hari di suatu tempat yang sibuk, kemungkinan di sekitar kawasan Bukit Bintang, dengan penekanan pada momen-momen kecil yang terjadi di sekitarnya.

Deskripsi Visual dan Suasana: Penyair menggunakan deskripsi visual yang kuat untuk mengekspresikan kehidupan di sekitar jalan Bukit Bintang. Penggambaran suasana malam, lewat gambaran langit, air, serta aktivitas yang terlihat, seperti seorang anak tukang sate pada pukul duabelas malam, menambahkan kedalaman pada suasana di tempat tersebut.

Citra dan Estetika: Puisi ini menonjolkan citra yang kuat dan memperlihatkan kehidupan sehari-hari dalam sebuah kawasan perkotaan. Pemandangan yang disajikan, seperti bayangan dan cahaya malam, menciptakan estetika yang menarik, memberikan nuansa visual yang kuat.

Simbolisme dan Kehidupan Sehari-hari: Melalui gambaran yang rumit, puisi ini merangkai kehidupan sehari-hari, menunjukkan perbedaan antara kesan pertama yang terkesan sederhana dengan lapisan-lapisan yang lebih dalam dan kompleks. Terdapat penekanan pada kehidupan sehari-hari dan momen-momen kecil yang terjadi di lingkungan tersebut.

Kesunyian dan Kesendirian: Penyair mengekspresikan kesunyian dan kesendirian di sekitar kafe yang mulai sepi. Gambaran orang-orang yang beraktivitas dengan sedikit interaksi sosial menciptakan nuansa kesunyian dan kesepian yang dihadapi dalam kehidupan perkotaan yang sibuk.

Refleksi Kehidupan: Puisi ini menawarkan kesempatan bagi pembaca untuk merefleksikan kehidupan dan aktivitas sehari-hari. Terdapat sudut pandang yang menyoroti momen kecil yang sering kali terlewatkan, namun memiliki keindahan dan kompleksitasnya sendiri.

Puisi "Jalan Bukit Bintang" merupakan sebuah puisi yang merangkai gambaran-gambaran visual yang kuat tentang kehidupan sehari-hari di kawasan perkotaan. Melalui deskripsi-detail dan suasana malam yang tercipta, penyair menggambarkan kehidupan di tempat tersebut dengan jelas, membiarkan pembaca menikmati momen-momen kecil yang terjadi di sekitarnya.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Jalan Bukit Bintang
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.