Postingan

Puisi: Kepada R (Karya Mardi Luhung)

Kepada R (: belajar dari hikmah Imam Syafi’i) Barangkali kenanga. Barangkali mawar. Kamboja. Atau anggrek. Barangkali juga yang tak kita…

Puisi: Pada Tapal Batas Waktu (Karya Ahmad Nurullah)

Pada Tapal Batas Waktu Janganlah mencari tahu apa yang akan terjadi besok - Horatius Tapi, kita selalu l…

Puisi: Mitologi Kata (Karya Ahmad Nurullah)

Mitologi Kata Di dalam kata-katamu yang indah kutemukan sarang ular: ia melingkar mengerami telur-telurnya…

Puisi: Homo Textualis (Karya Ahmad Nurullah)

Homo Textualis Telah kulayari laut, sungai. Telah kuceburi kali, selokan, parit-parit, yang mengalir dalam…

Puisi: Batu yang Bernyanyi (Karya Ahmad Nurullah)

Batu yang Bernyanyi (- mengenang Bunda Teresa) "Tuhan," katamu, "bersahabat dengan diam Bu…

Puisi: Setelah Hari Keenam (Karya Ahmad Nurullah)

Setelah Hari Keenam Jika bumi, langit, dan seisinya dicipta selama enam hari, apa yang dilakukan Tuhan sejak…

Puisi: Perkampungan Ilahi (Karya Ahmad Nurullah)

Perkampungan Ilahi Berjalan di halaman perkampungan Ilahi Butiran mimpi yang tercecer hanyalah debu Tak ad…

Puisi: Tuhan Para Pelaut (Karya Ahmad Nurullah)

Tuhan Para Pelaut Tuhanku adalah Tuhan para penjelajah: mereka yang menampik ketenangan sebagai hadiah - …

Puisi: Menimang Sejarah, Menangisi Airmata (Karya Ahmad Nurullah)

Menimang Sejarah, Menangisi Airmata (- Kepada Orang Lain) (1) Sungguh adakah cinta, jika perang adalah fak…
© Sepenuhnya. All rights reserved.