Stop Normalisasikan Banyak Anak Banyak Rezeki Jika Tak Mampu Menghidupi

Banyak anak tidak selalu merupakan suatu kekayaan, karena hal ini dapat mengakibatkan banyak masalah, seperti kemiskinan, kesulitan dalam mengasuh ...

“Banyak anak banyak rezeki” sebuah kalimat yang sering didengar di kalangan masyarakat, sebuah budaya kuno bahwa semakin banyak anak semakin banyak rezeki. Budaya “Banyak anak banyak rezeki” masih sering kali ditemui di kalangan masyarakat saat ini, menurut mereka setiap anak mempunyai rezekinya masing-masing, dan semakin banyak anak maka akan semakin banyak rezeki yang mereka dapatkan.

Memang benar banyak anak banyak rezeki jika mereka berhasil membesarkan anak mereka dengan baik, pendidikan yang layak, gizi yang tercukupi, dan finansial yang terpenuhi hingga menjadi seseorang yang sukses. Tapi apakah hal itu akan terjadi jika orang tua mereka tidak sanggup menghidupi dan membiayai anak mereka hingga banyak anak terlantar?

Fenomena yang banyak ditemui adalah ketika anak dijadikan jaminan kesejahteraan orang tuanya pada masa tua. Karena ketika sang anak telah sukses, dia akan diandalkan untuk memenuhi segala kebutuhan orang tuanya ketika mereka tua. Anggapan banyak anak banyak rezeki memang tak sepenuhnya salah jika orang tua mampu menghidupi dan membesarkan anak-anak mereka dengan layak dan terjamin. Tetapi dalam beberapa kasus banyak anak terlantar karena orang tua mereka tidak mampu membiayai anak mereka.

Contohnya sendiri ada di sekitar saya, orang tua mereka mempunyai 7 anak dan tidak mampu menghidupi dengan layak karena faktor ekonomi yang kekurangan, mereka hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah dan warga sekitar. Orang tua mereka hanya bekerja serabutan tetapi berani mengambil keputusan mempunyai banyak anak tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi, mereka masih percaya pada budaya “Banyak anak banyak rezeki”

Banyak anak tidak selalu merupakan suatu kekayaan, karena hal ini dapat mengakibatkan banyak masalah, seperti kemiskinan, kesulitan dalam mengasuh anak, dan kesulitan dalam mengatasi kebutuhan anak. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, seperti kemiskinan yang mengakibatkan orang tua tidak mampu memberikan pengasuhan yang baik kepada anak mereka.

Dalam beberapa kasus yang terjadi, banyak orang tua yang tidak sanggup menghidupi anak mereka karena faktor ekonomi yang kekurangan. Memiliki banyak anak dapat menimbulkan beban ekonomi yang signifikan bagi keluarga. Biaya untuk memberi makan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya dapat meningkat secara signifikan dengan setiap tambahan anggota keluarga.

Banyak Anak Banyak Rezeki

Banyak anak-anak yang kelaparan hingga menyebabkan peningkatan kasus stunting pada anak disebabkan karena gizi yang tidak tercukupi. Dengan memiliki banyak anak, orang tua mungkin kesulitan untuk menyediakan pendidikan yang memadai untuk setiap anak. Hal ini dapat berdampak pada akses anak-anak terhadap pendidikan yang berkualitas dan peluang masa depan yang lebih baik.

Banyak anak-anak yang putus sekolah karena harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri juga harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Itu semua terjadi akibat dari pola pikir orang tua yang tidak mempersiapkan ekonomi mereka dan mempersiapkan masa depan anak sebelum mereka mempunyai anak. Banyak masyarakat yang tidak mengerti jika mempunyai banyak anak harus memiliki persiapan finansial yang cukup sehingga kehidupan anak terjamin. Sebab masih banyak orang yang tidak mengerti, jika semakin banyak anak tanpa persiapan finansial yang cukup akan membuat masalah ekonomi keluarga menjadi sulit.

Mengubah pola pikir masyarakat sangat diperlukan agar tidak terjadi lagi kasus anak terlantar karena orang tua mereka tidak sanggup menghidupi. Sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya persiapan sebelum mempunyai anak dapat menurunkan potensi hal tersebut terjadi. Berikan informasi yang akurat dan terkini tentang kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga, dan dampak jumlah anak terhadap kualitas hidup keluarga.

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut dengan membuat program Keluarga Berencana, menyediakan akses yang mudah dan terjangkau ke layanan perencanaan keluarga seperti kontrasepsi, pelayanan kesehatan reproduksi, dan pendidikan seks, agar tidak ada lagi anak terlantar karena faktor ekonomi orang tua mereka.

Sosialisasi dan edukasi terkait Pra-nikah juga dapat mengurangi potensi timbulnya budaya tersebut. Melalui pendidikan, kampanye kesadaran, dan peran model yang positif, kita dapat memperkenalkan alternatif yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi keluarga.

Lebih penting untuk memikirkan bagaimana memberikan kualitas kehidupan yang baik bagi setiap anak, daripada hanya memikirkan jumlah anak. Setiap anak membutuhkan perhatian, waktu, dan sumber daya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kualitas pendidikan dan pengasuhan mungkin menjadi lebih sulit untuk dipertahankan dengan banyak anak. Persiapkan ekonomi dan finansial anda dengan baik sebelum mempunyai anak, tata masa depan anak anda, ubah pola pikir banyak anak banyak rezeki jika ekonomi belum tercukupi. Semoga ke depannya tidak ada lagi anak terlantar karena kesalahan orang tua mereka, anak merupakan masa depan bangsa, lindungi masa depan anak anda.

Melati Hapsari

Biodata Penulis:

Melati Hapsari lahir pada 22 Januari 2006 di Kendal. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, program studi Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret.
© Sepenuhnya. All rights reserved.