Postingan di Media Sosial Membawa Anugerah atau Petaka?

Dengan banyaknya jenis platform media sosial saat ini, Instagram dan TikTok menjadi platform yang paling digemari sebagian besar masyarakat, ....

Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penggunan internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023. Jumlah tersebut meningkat 2,67% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebanyak 210,03 juta pengguna.

Jumlah pengguna internet tersebut setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. Namun, sayangnya dengan bertambahnya jumlah pengguna internet tidak menjamin semua pengguna dapat menggunakan media sosial dengan bijak. 

Dengan banyaknya jenis platform media sosial saat ini, Instagram dan TikTok menjadi platform yang paling digemari sebagian besar masyarakat, terutama pada generasi muda. Melalui platform ini, para pengguna dapat membuat dan juga menikmati suatu konten. Sehingga dari semua kalangan pengguna media sosial, dari yang masih berumur muda sampai yang sudah berusia matang dapat menciptakan konten mendidik maupun konten menghibur.

Postingan di Media Sosial Membawa Anugerah atau Petaka
sumber: lampung.kemenkumham.go.id

Semua kalangan bisa membuat suatu konten di platform pilihan masing-masing. Lalu, apakah konten atau postingan yang diunggah dapat membawa anugerah atau petaka bagi penciptanya? 

Bima Yudho Saputro, seorang pembuat konten di platform TikTok yang berasal dari Kabupaten Lampung Timur. Bima adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikannya di Australia. Bima mengunggah video berdurasi sekitar tiga menit yang mengkritisi lambatnya pembangunan dan serangkaian permasalahan yang menyebabkan Lampung tak kunjung mengalami kemajuan.

Sepanjang video yang berdurasi tiga menit ini, Bima melakukan presentasinya mengenai “Alasan Kenapa Lampung Gak Maju-Maju”. Yang pertama, infrastruktur yang terbatas, proyek-proyek dari pemerintah yang tidak berlanjut padahal telah diberi dana dari pemerintah pusat. Selanjutnya, jalan raya di Lampung yang sebagian besar rusak dan jalan yang rusak hanya ditempel saja tidak diaspal dengan baik supaya bertahan lama.

Alasan yang kedua menurut Bima adalah sistem pendidikan yang lemah. Menurutnya, masyarakat di Lampung banyak yang pintar namun proses penyaringan peserta didik banyak terjadi kecurangan, bahkan yang bekerja di sektor pendidikan turut berkontribusi.

Yang ketiga adalah tata kelola yang lemah, korupsi dimana-mana, birokrasi yang tidak efisien, hukum tidak ditegakkan, kasus suap. Alasan terakhir adalah ketergantungan pada sektor pertanian.

Penonton yang telah melihat video ini sudah mencapai angka jutaan kali. Beberapa kata kunci terkait pembahasan yang ada di video ini, seperti Gubernur Lampung, Kemenkumham saat itu menjadi perbincangan terpopuler di platform Twitter. Viralnya video tersebut menyebabkan pengacara dari Lampung bernama Ghinda Ansori Wayka yang tidak terima dengan kritikan Bima dan melaporkan akun TikTok Bima terkait video unggahan tersebut ke Polda Lampung.

Pelapor mungkin saja merasa tenggelam di lautan fakta ketika melihat presentasi Bima tentang alasan Lampung tidak kunjung mengalami kemajuan. Polisi pun datang langsung ke rumah keluarga Bima di Lampung untuk meminta data pribadi milik Bima.

Tak hanya itu, orang tua Bima yang tinggal di Lampung pun menerima tekanan, sang ayah yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dipanggil untuk menghadap langsung Bupati Lampung yang meminta agar Bima berhenti mengkritik Lampung. Dan juga akun TikTok milik Bima pun hilang.

Setelah tahu dirinya dilaporkan ke pihak kepolisian dan mendapat ancaman, Bima mendapatkan Protection Visa. Dengan memiliki visa tersebut, ia memperoleh hak untuk dilindungi negara Australia karena merasa terancam di negara asalnya. Bima pun mengungkapkan keheranannya, setelah video kritikannya viral terlihat dengan begitu jelas sikap anti kritik dari pejabat setempat. 

Setelah viral dikritik, pemerintah setempat akhirnya melek. Perbaikan jalan di Lampung akhirnya dimulai. Dilansir dari akun Instagram @viralkali pada tanggal 15 April 2023, jalan di Kabupaten Pringsewu, Lampung akhirnya sudah diaspal. Menanggapi hal tersebut, masyarakat setempat mengucapkan terima kasih kepada Bima. Berkat video kritikannya, keluhan masyarakat selama ini akhirnya didengar oleh pemerintah daerah.

Menurut saya, keberanian yang Bima lakukan ini semata-mata untuk menunjukkan rasa peduli  terhadap daerah asalnya. Meski Bima saat ini merantau di luar negeri, tetapi rasa perhatian dan kepeduliannya terhadap daerah asalnya tidak hilang begitu saja tergantikan dengan cintanya pada negara tempatnya merantau.

Konten yang diciptakan oleh Bima dapat menjadi contoh bagi generasi muda saat ini yang juga sudah banyak merantau ke luar negeri untuk tetap peduli dan berani untuk speak up. Generasi muda juga memiliki kemampuan serta kreativitas untuk menciptakan suatu karya yang berbobot dan berharga demi kemajuan bangsa melalui platform media sosial, dan juga berani untuk mengutarakan pendapatnya sebagai unjuk rasa cinta serta rasa peduli terhadap tanah air ini. 

Jadi, apa jawaban dari pertanyaan yang tertera di judul? Postingan yang kita unggah di media sosial dapat membawa anugerah atau malah membawa petaka? Seperti yang kita ketahui, hal tersebut tergantung dari konten seperti apa yang kita unggah di media sosial. Jika kita mengunggah konten berisi tentang kritikan yang membangun, seperti video yang diunggah oleh Bima. Maka, media sosial akan membawa anugerah berupa kemajuan yang secara nyata terjadi di Kabupaten Lampung. Tentunya, keberanian Bima patut diapresiasi. Setelah mengalami banyak terpaan badai karena mengunggah konten itu, tetapi pada akhirnya hal-hal baik terjadi di kampung halamannya. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun sampai mengecek sendiri keadaan di daerah Lampung. Hal tersebut menjadi bukti dampak yang diraih Bima dari konten yang diunggahnya.

Rahmadiani Zein

Biodata Singkat:

Rahmadiani Zein lahir pada tanggal 12 Desember 2003. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.