Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Postingan

Puisi: Seh Siti Jenar (Karya Adri Darmadji Woko)

Seh Siti Jenar rupanya aku harus menjadi cacing kembali menggeliat-geliat di kota Jakarta lalu kudengar seorang wali berkata: "jangan ada orang …

Puisi: Pada Tiap Tikungan (Karya Gunoto Saparie)

Pada Tiap Tikungan pada tiap tikungan jalan menuju ke rumahmu aku menandai dengan sketsa dan grafiti namun di manakah tanda-tanda itu kini? aku abai …

Puisi: Perpisahan (Karya F. Rahardi)

Perpisahan (Di Stasiun Bis Ambarawa) kami berderet di stasiun bis kecil ini mengantar kepergian mereka : bayangan-bayangan itu yang tak pe…

Puisi: Sepanci Biji Kana untuk Maria (Karya F. Rahardi)

Sepanci Biji Kana untuk Maria kemarau telah datang dan mengeringkan polong buah kana di sebuah ladang di lereng pegunungan Menoreh kabup…

Puisi: Hartati (Karya Suripan Sadi Hutomo)

Hartati Hartati nama kidungku Kidung daun kemangi bunga turi Hartati nama kidungku Kidung sayur lumbu ikan teri Adas pulasari brambang Ini bukan seke…

Puisi: Yang Dilumpuhkan (Karya Wing Kardjo)

Yang Dilumpuhkan Tulisanmu dihapusnya seperti menghapus nyawa. Siapa kamu sekarang? Tak seorang pun tahu. Tak seorang pun membaca buku. Baris-baris y…

Puisi: Negara Waktu (Karya Gus tf)

Negara Waktu kau pun lalu berkata, "Hanya ketika waktu tak ada, kau boleh bilang keabadian engkau yang punya." Tapi inil…

Puisi: Percakapan Malam (Karya Budi Arianto)

Percakapan Malam (1) Kau aku bercakap tentang malam mengurai jejak-jejak yang tak membayang tentang siapa membunuh apa daging ta…

Puisi: Sinyal Terbakar (Karya Pulo Lasman Simanjuntak)

Sinyal Terbakar Gelisah terus mengembara Meraba-raba dalam ibadah maya Bersama putera tunggal Dari tanah batu kering meronta-ronta Kami lalu berbicar…
© Sepenuhnya. All rights reserved.